Home Kesehatan Kesadaran Rendah, Kementan Dorong Masyarakat Konsumsi Protein Hewani

Kesadaran Rendah, Kementan Dorong Masyarakat Konsumsi Protein Hewani

Bogor, Gatra.com – Data dari Kementerian Pertanian (Kementan) menunjukkan bahwa konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia masih rendah.

"Kami menghimbau agar masyarakat mengonsumsi pangan produk peternakan," sebut Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Kementan, Fini Murfiani di sela-sela peresmian Market Project (MarkPro) di Baranangsiang, Bogor, Jawa Barat, Rabu (22/5).

Kementan, sebutnya, terus melakukan promosi untuk meningkatkan konsumsi produk pangan peternakan. Salah satunya melalui program MarkPro yang mempertemukan peternak dan konsumen secara langsung, sehingga memotong rantai pasok dan harga produk jadi lebih murah.

Baca Juga: Potong Rantai Distribusi, Kementan Luncurkan MarkPro

Jumlah konsumsi protein hewani di Indonesia untuk daging ayam saat ini sebanyak 13 kg/kapita/tahun, daging sapi masih 2,5 kg/kap/thn, dan susu sekitar 11 liter/kapita/tahun. Konsumsi pangan produk peternakan tersebut masih rendah dibandingkan negara-negara lainnya. Fini juga menyesalkan pola konsumsi masyarakat Indonesia yang banyak makan gorengan dan karbohidrat dibanding protein.

"Rendahnya konsumsi pangan hewani bukan semata-mata diakibatkan oleh harga. Sekarang bandingkan, harga rokok berapa dibanding harga telur,” keluhnya. Ia mengajak agar mengurangi konsumsi rokok dan meningkatkan konsumsi pangan hewani.

Fini menolak anggapan bahwa pangan hewani dari peternakan menimbulkan alergi. Selain itu, Ia juga menolak tudingan penyuntikan hormon bagi hewan ternak karena harganya mahal. Dia menyarankan untuk mengonsumsi daging dari rumah potong hewan (RPH) yang sudah memiliki nomor kontrol veteriner (NKV) serta memiliki fasilitas rantai dingin.

Baca Juga: Lebih Banyak Dapat Energi, Olahraga Setelah Berbuka Jadi Waktu Yang Tepat

Di lain kesempatan, Spesialis Gizi Klinis Mayapada Hospital, dr. Arti Indira, MGizi, SpGK mengungkapkan bahwa anak-anak, ibu hamil, dan orang lanjut usia (lansia) merupakan kelompok yang rentan kekurangan protein. “Kekurangan protein terjadi karena orang Indonesia tidak mengonsumsi protein sebanyak orang luar negeri, misalnya susu,” ungkapnya.

Arti menjelaskan bahwa protein berperan penting dalam membentuk massa otot tubuh. Massa otot sebagai alat gerak aktif manusia, saat kurang protein akan menjadi lemah. Inilah sebabnya banyak lansia yang sulit bahkan tidak bisa jalan.

Kemudian, Ia menyarankan untuk mengonsumsi protein hewani karena mengandung asam amino yang lebih lengkap dibandingkan protein nabati. “Makanya penting sekali untuk menjaga komposisi gizi yang lengkap,” tutupnya.

 

 

1537