Home Teknologi Hadapi Teknologi Pertanian di Era Industri 4.0, Balitbangtan dan IPB Gelar FGD

Hadapi Teknologi Pertanian di Era Industri 4.0, Balitbangtan dan IPB Gelar FGD

Bogor, Gatra.com – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian (Kementan) dan Institut Pertanian Bogor (KPB) mengadakan Forum Group Discussion (FGD) untuk membahas pengembangan teknologi petanian di era industri 4.0 di Pusat Penelitian Perkebunan, Bogor, Jawa Barat, Selasa (28/5).

Rektor IPB Arif Satria mengungkapkan perkembangan teknologi saat ini semakin lama semakin cepat. Untuk itu ditekankan pentingnya imajinasi dan kreatifitas menuju industri 4.0. 

“Ini (perkembangan teknologi yang cepat) disrupsi yang harus diatasi. Teknologi menjadi suatu keharusan,” ujarnya dalam acara FGD, di Pusat Penelitian Perkebunan, Bogor, Jawa Barat, Selasa (28/5).

Untuk itu, Arif menyebut bahwa pihaknya mengembangkan IPB Agro-Maritime 4.0 dengan menekankan pertanian presisi, digitalisasi, kewirausahaan pertanian (agripreneur) dan agroindustri pintar.

“Kami pun bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi untuk mengembakan proyek literasi digital pertanian di 17 Kabupaten di 8 Provinsi yang melibatkan 45 komunitas,” katanya.

Arif mengungkapkan pentingnya penyuluh yang berjiwa sociopreneur sebagai pendamping desa, farm manager, dan fasilitator untuk adaptasi teknologi kepada para petani. 

“Tidak harus punya sendiri, tapi difasilitasi oleh farm manager,” ungkapnya.

Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry mengatakan bahwa pihaknya sudah lama bekerja sama dengan IPB. 

“Sinergitas antara perguruan tinggi (IPB) dan Balitbangtan harus dimulai,” katanya.

Djufry mengungkapkan Balitbangtan telah memiliki 148 dari 319 paten yang sudah didaftarkan hingga tahun 2018. 

“Ini adalah yang tertinggi dibandingkan lembaga riset lain yang ada di Indonesia,” ujarnya.

Mantan Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan mengungkapkan bahwa ada dua fakta yang menghambat pelaksanaan industri 4.0 di bidang pertanian, yaitu Indonesia adalah negara kepulauan dan dominasi petani kecil (smallholder) dalam sektor pertanian. 

“Bagaimana adopsi oleh smallholder? Dengan lahan terbatas akan memunculkan opportunity lost (hilangnya kesempatan),” ujarnya.

Dikatakan bhawa Joint discussion IPB dan Balitbangtan adalah langkah tepat. Selanjutnya membuat road map yang lebih terukur agar dapat diadopsi oleh petani kecil.

Staf Ahli Kementan, Sam Herodian menekankan pentingnya resource sharing (pembagian sumberdaya) antara Balitbangtan dan IPB. 

“Kita akan memulai proyek di Jawa Timur, termasuk penggunaan drone dan robot. Kita akan aplikasi (teknologi IPB dan Balitbangtan) di situ,” ujarnya.

Dekan Fakultas Pertanian, Suwardi menyambut ajakan Balitbangtan untuk resource sharing dan menganggap kolaborasi adalah kunci penting dalam upaya sinergi Balitbangtan dan IPB. 

“Kami masih kesulitan tempat. Kalau ada lahan luas (milik Kementan) sangat membantu mahasiswa kami,” ungkapnya.

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Aji Hermawan mengapresiasi dan menyambut ajakan riset bersama antara IPB dengan Balitbangtan. 

Ia mengungkapkan pihaknya sedang menerapkan Agro-Maritime 4.0 dalam riset-risetnya. 

“Mudah-mudahan dapat dihasilkan sesuatu yang lebih baik,” ujarnya.

380

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR