Home Milenial Fungsi Manga Sebagai Media Lintas Budaya

Fungsi Manga Sebagai Media Lintas Budaya

London, Gatra.com - Kartunis Korea, Yeon-sik Hong, mendokumentasikan aktivitas keluarganya untuk mencapai keseimbangan kehidupan kerja dalam memoar grafis Uncomfortably Happily.

“Ketika saya memikirkan budaya Jepang, hal pertama yang muncul di pikiran saya adalah manga dan animasi. Banyak orang Korea yang tidak memiliki pengetahuan tentang komik dan animasi. Saya pikir keduanya mewakili budaya Jepang," ujar Hong seperti dikutip BBC, Rabu (12/6).

Hong sendiri percaya, meskipun hubungan Korea-Jepang sempat beberapa kali bersitegang. Ia meyakini kebanyakan rakyat Korea masih ingat dengan baik invasi Jepang ke negara dan pemerintahan kolonialnya.

"Kami menyebut Jepang sebagai negara yang sangat dekat, namun sejauh ini kedekatan tersebut mencakup kedekatan geografis, serta pemahaman yang dipupuk oleh budaya pop," papar Hong.

Komik Korea di Jepang cenderung dipoles dengan gaya lokal Korea, atau dengan kata lain menggunakan elemen desain dan bahasa Korea. Hal ini dilakukan demi menarik audiens Jepang yang terbiasa membaca konten lokal.

Seperti manga Jepang yang terkenal pada tahun 2005, Kenkanryu, yang menyatakan pandangan minoritas di Jepang tentang inferioritas budaya Korea.

Manga dianggap merupakan cara tepat yang berguna bagi negara-negara pascakolonial untuk bergulat dengan identitas budaya mereka sendiri.

Profesor Perancis dan Francophone di Swarthmore College di AS, Alexandra Gueydan-Turek, melihat manga sebagai cara yang berguna bagi negara-negara pascakolonial untuk bergulat dengan identitas budaya mereka sendiri.

Ia beranggapan Jepang memiliki pengaruh baik dalam sejarah maupun geografi, untuk menghadirkan alternatif bagi dominasi tradisional Prancis di Aljazair.

"Daya tarik Dz-manga merupakan budaya Jepang dan sebagai produk budaya populer global yang dapat beradaptasi dengan baik," ujarnya.

Lebih lanjut Direktur penerbit manga Aljazair Z-Link, Salim Brahimi mengatakan bagi orang Aljazair, manga adalah cara bagi mereka untuk menemukan budaya lebih dalam.

"Cara besar bagi warga Aljazair untuk menemukan dan menghayati budaya Jepang adalah melalui manga, meskipun bentuk-bentuk budaya Jepang lainnya, seperti video game dan makanan, juga telah dikenal," terangnya

Sebuah survei yang dilakukan pada 2006-2007 di empat negara Eropa menemukan bahwa 15% responden mulai membaca manga sebelum usia 10 tahun, 45% di antara usia 10 - 14, dan 29% ketika usia sekolah menengah.

Ini merupakan bukti penting sebagai upaya untuk pembentukan identitas. Di mana manga dianggap membantu membentuk persepsi negara lain, dengan membantu orang mengenal budaya Jepang.

"Dunia anime dan manga adalah dunia Jepang dan fantasi yang bermain di kedua register sebagai budaya asli yang ada, yang menurut saya sangat khas seperti seperti Van Gogh. Budaya manga merupakan salah satu alasan sebuah hal melintasi batas dalam berbagai bentuk," ujar pengajar studi Jepang di Tufts University di AS, Susan Napier.

"Manga sekarang menjadi bahasa internasional," tegas seorang kurator seni Jepang di British Museum dan profesor seni dan budaya Jepang di University of East Anglia, Nicole Coolidge Rousmaniere.

 

578