Home Ekonomi Sharp dan LG Relokasi Pabrik di Luar Negeri ke Indonesia

Sharp dan LG Relokasi Pabrik di Luar Negeri ke Indonesia

Jakarta, Gatra.com - Produsen elektronika Sharp Corporation dan LG Electronics akan menambah kapasitas pabriknya di Indonesia. Produk yang bakal mereka hasilkan untuk tujuan pasar ekspor dan domestik.

Saat ini, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau perkembangan ekspansi atau perluasan pabrik LG dan Sharp tersebut.

“Kami masih monitor sampai mereka realisasi. Pembahasannya sudah lama," kata Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto di Jakarta, Minggu (16/6).

Menurut Airlangga, kedua industri berbasis elektronika tersebut telah memiliki basis produksi di Indonesia. Apabila terjadi relokasi pabrik, maka akan bersifat ekspansi.

"Jadi, sifatnya ekspansi. Salah satunya karena mereka sudah punya pengalaman di Indonesia, dan Indonesia dinilai sudah stabil," imbuhnya.

Direktur Industri Elektronika dan Telematika Kemenperin, Janu Suryanto, mengemukakan Sharp akan merelokasi pabrik mesin cuci dua tabung dari Thailand ke pabrik yang ada di Karawang International Industrial City (KIIC). Rencananya, peresmian ekspansi pabrik dilakukan bulan depan.

“Jadi, nanti ada penambahan lini produksi. Ini juga untuk pasar ekspor. Mereka akan menyerap ratusan tenaga kerja," ujarnya.

Sedangkan, LG akan merelokasi pabrik pendingin ruangan dari Vietnam ke fasilitas produksi yang ada di Legok, Tangerang. Pabrik ini akan mulai produksi dan mulai dipasarkan pada September 2019 sebanyak 25 ribu unit.

"Ya, paling tidak nanti bisa di ekspor (juga) ke Asean (Asia Tenggara). Investasi Sharp dan LG sekitar ratusan miliar rupiah,” imbuhnya.

Manufaktur Masih Jadi Andalan

Industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang menyumbang cukup signfikan bagi total investasi di Indonesia. Pada triwulan I-2019, industri pengolahan nonmigas berkontribusi sebesar 18,5% atau Rp16,1 triliun terhadap realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Adapun 3 sektor penyumbang terbesar pada total PMDN pada 3 bulan pertama tahun ini adalah industri makanan yang menggelontorkan dana mencapai Rp7,1 triliun, disusul industri logam dasar Rp2,6 triliun dan industri pengolahan tembakau Rp1,2 triliun.
  
Industri manufaktur juga menyetor hingga 26% atau US$1,9 miliar terhadap realisasi penanaman modal asing (PMA). Tiga sektor yang menopangnya adalah industri logam dasar sebesar US$593 juta, industri makanan US$376 juta, serta industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia US$217 juta.

484