Home Ekonomi Kemenko Perekonomian Sebut Efisiensi Penerbangan Adalah Kunci Tiket Murah

Kemenko Perekonomian Sebut Efisiensi Penerbangan Adalah Kunci Tiket Murah

Jakarta, Gatra.com - Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian), Soesiwijono Moegiarso mengatakan, efisiensi industri penerbangan menjadi kunci penurunan harga tiket domestik yang kini tengah melambung, meski penurunan Tarif Batas Atas (TBA) sudah dilakukan sebanyak 15% pada Mei 2019 lalu.

Kendati begitu, Soesiwijono menjelaskan pihaknya dengan Kementerian Perhubungan, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), beserta stakeholder terkait seperti maskapai dan pengelola bandara ingin menyelesaikan semua isu, tak hanya terbatas pada inefisiensi industri penerbangan saja.

Dari rapat koordinasi yang mempertemukan para pelaku industri tersebut, Soesiwijono membeberkan sedikitnya ada lima poin efisiensi industri penerbangan sekaligus langkah solutif untuk memangkas biaya penerbangan yang melambung.

Pertama, efisiensi di maskapainya. Soesiwijono menjelaskan, maskapai menelan banyak biaya di bagian leasing atau penyewaan. 

“Mereka sudah efisiensikan biayanya besar-besaran,” kata Soesiwijono di Gedung Kemenko Perekonomian, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Kamis (20/6).

Selain penyewaan, Soesiwijono mengakui ada hal lain yang harus diefisiensikan, seperti penyederhanaan kelas maskapai hingga perawatan pesawat.

“Kalau dulu ada banyak kelas ekonomi, sekarang jadi beberapa kelas saja. Itu karena mereka sudah menyentuh dari batas atasnya,” kata Soesiwijono.

Efisiensi kedua adalah pengelolaan bandara. Efisiensi bisa dilakukan dengan penyederhanaan sistem ke teknologi agar menghemat sumber daya manusianya. 

Soesiwijono juga memaparkan, banyak pihak bandara yang kelimpungan karena penurunan penumpang akibat tingginya harga tiket

“AP I itu masih tertolong oleh (penerbangan) Bali, kalau tidak, secara umum turun 28%,” terang Soesiwijono.

Efisiensi selanjutnya adalah bahan bakar. Soesiwijono menjelaskan, banyak pihak yang menuding Pertamina, sebagai pemasok avtur, mematok harga terlalu tinggi dibandingkan negara lain. Namun, saat rapat koordinasi, pihak Pertamina membantah dan menyebut harga yang dipakai di Cengkareng, Surabaya, lebih murah daripada bahan bakar yang digunakan di Tokyo, Manila dan Singapura.

“Kita minta untuk dikaji, diturunkan, (Pertamina) sanggup berapa persen. Berapa persennya itu minggu depan disampaikan,” katanya.

Efisiensi keempat adalah on time performance alias OTP. Soesiwijono tak bisa memaparkan lebih lanjut, namun ia menyebut tahun ini OTP mengalami penaikan, dari 90% menjadi 96%.

Efisiensi kelima adalah pengelolaan bersama. Soesiwijono menjelaskan, dua maskapai raksasa, Garuda Indonesia dan Lion Air menyebut perlu diadakannya resource collaboration, seperti pengelolaan bersama.

“Kalau satu pesawat jenis tertentu ini diurus masing-masing maskapai, ada tim teknis satu persatu, jadi tidak efisien. Kalau bisa digabung dan (gunakan) salah satu saja (maskapai), jadi tinggal dihitung saja pembiayannya. Bikin efisiensi dari pengelolaan bersama,” jelasnya.

Soesiwijono meyakini, lima poin efisiensi lebih bisa diandalkan untuk menekan harga tiket pesawat domestik, daripada harus mengandalkan wacana maskapai asing. 

“Kenapa kita tidak membahas maskapai asing? Karena kita fokus dulu terhadap prioritas efisiensinya dulu,” katanya.

Terpisah, Menko Perekonomian Darmin Nasution juga sempat menyinggung soal efisiensi industri penerbangan. 

Ia mengatakan, pembahasan inefisiensi akan sangat panjang, mengingat tiap pihak yang memiliki kepentingan dalam industri penerbangan punya argumentasinya sendiri.

"Bukan tidak ada biaya efisiensi, daripada berdebat terus, apa yang bisa dilakukan untuk menjawab kebutuhan sebagian masyarakat," kata Darmin di lokasi yang sama, Kamis (20/6).

Darmin menjelaskan, efisiensi bakal dilakukan mengingat kondisi saat ini maskapai sedang di ambang krisis. 

"Itu implisit sebenarnya, masih ada uang tapi memang tidak besar sekali," terang Darmin.

Sebelumnya, pemerintah mengambil sedikitnya tiga kebijakan terkait penurunan harga tiket. Pertama, maskapai akan memberlakukan penurunan harga tiket penerbangan Low Cost Carrier (LCC) domestik untuk jadwal penerbangan tertentu.

Darmin menegaskan, harga tiket yang turun dengan rute penerbangan tertentu itu baru bisa diumumkan seminggu kemudian. 

“Tunggu saja seminggu dari sekarang, akan disampaikan masing-masing maskapai,” jelas Darmin.

Kedua, seluruh pihak yang terkait seperti maskapai udara, pengelola bandara, dan penyedia bahan bakar penerbangan, telah sama-sama berkomitmen untuk menurunkan biaya yang terkait dengan operasi penerbangan. 

“Untuk menjaga keberlangsungan industri (penerbangan), seluruh pihak berkomitmen sama-sama menurunkan biaya sharing debit sehingga tidak satu pihak saja,” tutur Darmin.

Kebijakan ketiga, pemerintah dan pihak terkait akan melakukan efisiensi biaya di maskapai dengan menyiapkan kebijakan pemberian insentif fiskal atas jasa persewaan, perawatan, dan perbaikan pesawat udara; jasa persewaan pesawat udara dari luar daerah pabean; serta impor dan penyerahan atas pesawat udara dan suku cadangnya.

“Kita melihat dengan ini sudah bisa menjawab harapan masyarakat, terbang dengan biaya terjangkau tapi maskapai sustainibilitasnya terjaga,” kata Darmin. 

 

201

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR