Carson City, Gatra.com - Remaja berusia 17 tahun di Nevada, Amerika Serikat (AS), luka berat akibat ledakan rokok elektrik atau vape miliknya. Ledakan mengakibatkan mulut remaja tersebut berdarah, gigi patah, dan lubang pada rahang.
CNN, Kamis (20/6), mewartakan, remaja tersebut bersama ibunya menuju ke rumah sakit anak di Utah dari kota kecil di Nevada. Dokter Katie Russell yang menangani langsung membawanya ke ruang operasi untuk merekonstruksi dan memperbaiki tulang yang hancur.
Russell mengatakan, saat remaja itu menguap, tiba-tiba saja rokok elektroniknya meledak tepat di wajah. "Orang-orang perlu tahu sebelum mereka membeli perangkat ini bahwa ada kemungkinan rokok akan meledak di saku atau wajah kita," katanya yang juga menjabat selaku Direktur Medis di Rumah Sakit Anak Primary.
Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2018 memperkirakan,lebih dari 2.000 korban ledakan rokok elektrik dan luka bakar dikirim ke departemen darurat rumah sakit AS dari 2015 hingga 2017. Tetapi hanya sedikit yang menyadari betapa seriusnya insiden tersebut.
Sebelumnya, pada bulan Februari, seorang pria Texas meninggal setelah rokok elektriknya meledak dan pecahan peluru merobek arteri karotidnya. Sebagian perangkat tetap bersarang di tenggorokan pria itu.
Sekitar setahun yang lalu, seorang pria Florida juga ditemukan tewas setelah rokok elektriknya meledak saat digunakan dan mengirimkan proyektil ke kepalanya. Kedua kasus tersebut melibatkan mekanisme alat penguap yang lebih besar dengan baterai lebih kuat daripada banyak perangkat biasa.
Russell mengatakan, remaja dari Nevada itu tidak mengetahui kalau rokok elektriknya bisa meledak. Menurutnya, dia mengulang-ulang kalimat itu di ruang gawat darurat. Dia ingat dan masih sangat ketakutan beberapa jam setelah ledakan.
Russell yang merawat remaja itu percaya, banyak pengguna yang tidak menyadari bahwa rokok elektrik dapat meledak. Artinya, mereka tidak mencari tahu tentang keamanan baterai yang digunakan dalam rokok elektrik itu.
"Satu bungkus rokok konvensional bisa menimbulkan berbagai penyakit. Begitu pula dengan rokok elektrik yang berisiko terhadap baterainya. Opsi teraman mungkin menghindari keduanya" ujar Russell.
