Home Ekonomi Red Devil Kuasai Waduk Sermo, Nila-Tawes Tinggal 20 Persen

Red Devil Kuasai Waduk Sermo, Nila-Tawes Tinggal 20 Persen

Yogyakarta, Gatra.com – Badan Karantina Ikan, Pengendali Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan menyatakan habitat ikan konsumsi di Waduk Sermo, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, tinggal 20 persen. Ikan invansif red devil menjadi penguasa Waduk Sermo.

Kondisi ini disampaikan Kepala BKIPM Rina saat peluncuran program 'Bulan Bakti Karantina dan Mutu Hasil Perikanan' serta Pekan Layanan Publik 2019 di Alun-alun Utara, Kota Yogyakarta, Minggu (23/6) pagi.

“Beberapa tahun terakhir masalah ikan invasif yang menyerang habitat ikan endemik di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Kasus seperti di Jawa Barat yang perairan daratnya dipenuhi ikan sapu-sapu dan pelepasan ikan predator di Sungai Brantas, Jawa Timur, hanyalah dua contoh nyata,” tutur Rina.

Di DIY, persoalan ikan invasif juga diterjadi di Waduk Sermo. Hingga 80 persen habitat di sana dikuasai ikan red devil yang menyerang ikan endemik seperti nila dan tawes.

Baca Juga: Limbah Racuni Ribuan Ikan, Pemkab Kulonprogo Diminta Tegas ke Petambak

Sebagai bukti, saat gelaran menangkap ikan invasif di Waduk Sermo beberapa waktu lalu, nelayan menyatakan hampir 80 persen tangkapan ikan berupa red devil.

“Secara konsumsi, ikan red devil ini tidak memiliki nilai ekonomi. Bisa untuk produksi olahan lain, seperti pakan ikan, tapi itu sulit dilakukan masyarakat sekitar waduk,” ujarnya.

Sebagai upaya pemulihan habitat, BKIPM menebarkan 1,2 juta ikan nila dan tawes. Harapannya setelah tiga bulan, dua ikan ini mampu menguasai habitat di sana dan hingga menjadi konsumsi warga.

BKIPM juga berupaya meningkatkan konsumsi ikan warga DIY yang dinilai masih rendah. Salah satunya secara ketat mengawasi komoditas ikan dari daerah lain.

“Kami memancing masyarakat agar gemar makan ikan dengan hari ini membagi 10 ton ikan segar dan 30 master karton ikan sarden dari asosiasi pengalengan ikan,” katanya.

Baca Juga: Ikan Predator Terdeteksi di Jogja

Dalam sambutannya, Sekda Pemda DIY Gatot Saptadi mengatakan DIY mendorong masyarakat mengonsumsi ikan, termasuk dengan menjadikan DIY sebagai sentra pembenihan ikan air tawar.

“Hampir di seluruh wilayah DIY kita bisa temukan kolam-kolam ikan dengan metode mina padi dengan kolam terpal dan kolam bak yang tidak memerlukan lahan luas. Keberadaan kolam mini akan kami perluas,” ucap Gatot.

Tidak hanya itu, Pemda DIY juga menjadikan Sadeng, Gunungkidul, sebagai pelabuhan perikanan terpadu. Sadeng akan dikembangkan sebagai kawasan penangkapan dan pengolahan ikan dari hulu sampai hilir.

Pada 2018, produksi ikan air tawar DIY tercatat 95.970 ton dan ikan tangkapan perairan laut mencapai 6.494 ton.

 

2404