Home Kesehatan Langka Air di Gunungkidul, Warga Tetap Diminta Hidup Sehat

Langka Air di Gunungkidul, Warga Tetap Diminta Hidup Sehat

Gunungkidul, Gatra.com - Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau masyarakat tetap menjalani perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), terutama di daerah yang mengalami kesulitan air bersih pada musim kemarau ini. 
 
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Dewi Irawaty mengatakan, selama musim kemarau ini masyarakat terancam berbagai penyakit, seperti radang paru, radang selaput mata, hingga diare. 
 
"Batuk pilek harus diwaspadai. Banyak debu beterbangan bisa bersama kuman penyakit. Kalau parah, bisa terjadi radang paru atau pneumonia, radang selaput mata atau masyarakat sebut belekan, karena udara yang kotor," katanya, saat dihubungi Gatra.com, Senin (24/6). 
 
 
Menurutnya, berdasarkan pengalaman selama ini, penyakit paling banyak adalah diare. Selain itu, warga juga kerap mengalami penyakit kulit karena jarang mandi. 
 
"Biasanya karena air sedikit, dihemat penggunaannya. Terkadang kondisi air yang kotor, tidak jernih, pun tetap digunakan. Seperti di telaga-telaga yang airnya mulai berwarna," ucapnya. 
 
Ia meminta masyarakat agar menjaga kesehatannya dengan berperilaku hidup bersih dan sehat. Antara lain memakai air bersih untuk kebutuhan rumah tangga. "Saya yakin pemerintah sudah siap membantu air bersih. Mandi, sikat gigi, sayur dan buah dicuci sampai bersih. Masak air sampai matang dan buang air besar di WC yang sehat," katanya.
 
 
Kepala Pelaksana BPBD DIY Biwara Yuswantana mengatakan, hingga kini 10 kecamatan di Gunungkidul telah mengajukan permintaan air bersih.  Sepuluh kecamatan itu adalah Girisubo, Rongkop, Purwosari, Tepus, Ngawen, Ponjong, Semin, Patuk, Semanu, dan Paliyan.
 
Di 10 kecamatan itu, kekeringan dialami di 248 dusun mencakup 50 desa dengan 21.519 kepala keluarga atau 76.514 jiwa. "Kegiatan droping air bersih oleh BPBD Gunungkidul sudah dimulai sejak 1 Juni," ujarnya.
143