Home Ekonomi Dampak Penutupan Gambilang pada Usaha Warga

Dampak Penutupan Gambilang pada Usaha Warga

Semarang, Gatra.com - Merebaknya informasi akan rencana penutupan Resosialisasi Rowosari Mangkang Kulon oleh pemerintah kota Semarang dan Kendal berdampak dengan lesunya dunia usaha di kompleks yang dikenal dengan sebutan Gambilangu atau GBL. Warga yang mengais rezeki di kompleks ini mengeluhkan usahanya yang kian meredup seiring dengan rencana penutupan kompleks.

Salah satu warga yang enggan di sebut namanya menyatakan, mereka khawatir dengan penutupan komplek dengan mengalih funngsikan lokalisasi akan berdampak dengan mematikan usaha mereka yang selama mereka geluti.

Menurutnya, komplek Gambilangu ini sudah terlihat semakin sepi semenjak ada isu rencana penutupan oleh pemerintah kota Semarang.

"Omzet kami dari tahun ke tahun cenderung menurun semenjak puasa hingga lebaran kemarin, situasi sepi ini semakin menjadi setelah munculnya penurunan isu penutupan, ini omset kami jadi turun sekitar 20 persen," ujar salah satu pengusaha karaoke di Gambilangu usai mengikuti rapat sosialisasi yang diselenggarakan Satpol PP Kota Semarang di Gedung Balai Pertemuan RW VI, Kelurahan Mangkang Kulon, Selasa (25/6).

Dia menerangkan, untuk nominal pendapatan per bulan wisma yang memiliki room agak banyak dan bagus bisa sekitar Rp10 juta. Jumlah tersebut terus menurun karena santernya isu penutupan GBL. Adapun untuk tarif karaoke rata-rata Rp30.000 per jam belum termasuk pemandu karaoke.

Ia meminta agar yang dihapuskan hanya praktik prostitusi. Sementara untuk karaoke tetap bisa berjalan dengan bebarengan rencana pembuatan wisata kuliner.  Intinya kami ingin karaoke bisa tetap jalan, yang dihilangkan prostitusinya saja. Karena mayoritas warga di sini mendatangkan pendapatan dari pengunjung," katanya.

Apalagi ia menilai rencana menghilangkan prostitusi di kawasan tersebut tergolong mendadak. Menurutnya,  Kota Semarang belum pernah memberikan sosialisasi ataupun pelatihan sebagai bekal ketika nanti meninggalkan profesi lamanya. "Kita khawatir adanya penutupan Ini selain membuat omzet terus menurun, warga juga khawatir karena banyak dari mereka  yang buka usaha makanan ataupun toko kelontong," katanya.

Sementara, bunga salah satu pekerja pemandu Karaoke mengaku tidak masalah dengan rencana penutupan ini. menurut bunga, penutupan ini tidak berdampak bagi dirinya karena dirinya bisa mencari pekerjaan di luar komplek. "kami akan pindah bila memang disini mau ditutup oleh pemerintah" kata Bunga.

Bunga mengatakan, dirinya sengaja bertahan di komplek karena menunggu pemberian uang tali asih yang akan diberikan oleh pemerintah. "Nanti uangnya akan kami pakai buat modal usaha" katanya kepada Gatra.com