Home Gaya Hidup Kelompok Penghayat Kepercayaan Terbanyak Ada di Jawa Tengah

Kelompok Penghayat Kepercayaan Terbanyak Ada di Jawa Tengah

Banyumas, Gatra.com - Kelompok penghayat kepercayaan di wilayah Jawa Tengah yang terdata oleh pemerintah pusat ternyata  jumlahnya paling banyak. Dari 190 kelompok, provinsi ini memiliki 54 organisasi.

Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Chrystriyati Arini, mengatakan, dari jumlah tersebut, terdapat 985 cabang kelompok penghayat serta 185 kelompok yang aktif. Kelompok yang terdaftar ini mendapatkan pembinaan dari pemerintah.

"Sebarannya dari Sabang sampai Merauke ada. Paling banyak ya Jawa Tengah ini," kata dia saat membuka Dialog Budaya Spiritual yang digelar Balai Pelestari Nilai Budaya DI Yogyakarta di Hotel Wisata Niaga Purwokerto, Jawa Tengah, Rabu (26/6).

Menurut dia, dari seluruh wilayah Jawa Tengah, organisasi penghayat di Cilacap merupakan kelompok yang paling aktif. Mereka kerap berjejaring dan melakukan kegiatan bersama.

Arini mengatakan, Kemendikbud merupakan fasilitator dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan para kelompok penghayat kepercayaan tersebut. Bentuk kegiatannya di antaranya pembinaan serta dialog spiritual. "Kemendikbud ini sebagai fasilitator. Dialog-dialog semacam ini menjadi ruang untuk bertukar pikiran antarkelompok penghayat," ujar dia.

Sejak Mahkamah Konstitusi menyatakan status penghayat kepercayaan dapat dicantumkam dalam kolom agama di kartu keluarga dan kartu tanda penduduk elektronik dua tahun silam, kata Arini, setiap tahun jumlah penghayat kepercayaan yang mengganti kolom agama semakin meningkat. Adapun pada kolom agama, penghayat kepercayaan tak perlu merinci aliran kepercayaan yang dianut.

"Setelah keluarnya keputusan MK mereka sudah boleh mencantumkan identitas di KTP. Untuk sosialisasinya di bawah Kemendagri, BPNB selaku UPT Kemendikbud melakukan pembinaan," katanya.

Kepala BNPB DI Yogyakarta, Dwi Ratna Nurhajarini mengatakan, dialog budaya spiritual yang dihadiri 150 orang komunitas penghayat kepercayaan dari Kabuapten Banyumas, Cilacap, Kebumen, Banjarnegara, Purbalingga ini menjadi media pengenalan sosialisasi ajaran serta nilai luhur yang terdapat dalam organisasi penghayat kepercayaan. Nilai dan kekayaan budaya lokal ini harus diperkenalkan kepada generasi muda.

"Oleh karena itu, kami juga mengundang generasi muda agar ajaran leluhur itu bisa diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari," kata dia.

Sementara itu, Sosiolog Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Jenderal Soedirman, Elis Puspitasari mengatakan, budaya spiritual merupakan tradisi sebagai salah satu fakta sosial. Artinya, warisan budaya ini ada pada setiap masyarakat.

"Kalau kepercayaan itu diyakini seseorang dan karakternya universal, kepercayaan itu memiliki sifat memaksa atau mengatur nilai norma yang ada di masyarakat," kata Elis.

Dia mengaku pernah melakukan penelitian terhadap kelompok penghayat kepercayaan Banokeling di  Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah. Menurut dia, komunitas yang masih eksis ini memiliki keunikan tersendiri sebab teradapat proses akulturasi budaya Jawa dan Islam.

"Ada dua pendapat budaya spiritual, bisa jadi, budaya itu merupakan asli dari Indonesia. Pendapat lainnya, budaya itu sudah berinteraksi dengan budaya dari luar dan menjadi aliran kepercayaan. Saya sependapat dengan dua pemikiran itu," katanya.

 

11969