Home Internasional Imigran Mengalami Tindak Kekerasan di Perbatasan Meksiko

Imigran Mengalami Tindak Kekerasan di Perbatasan Meksiko

Ciudad Juarez, Gatra.com - Lebih dari 30 ribu imigran terjebak di kota-kota perbatasan Meksiko-Amerika Serikat. Para imgiran itu ingin meminta suaka ke AS. Namun persoalan baru minimpa mereka. Imigran dari berbagai negara ini mengalami tindak kekerasan.

Diwartakan AP News, Jumat (28/6) imigran Kuba, Roberto Escalona Moreno (22) mengatakan, pembunuhan terhadap imigran terjadi dalam beberapa pekan belakangan.

Di perbatasan itu dikuasai kartel narkoba dan geng Meksiko. Mereka tertahan di perbatasan akibat kebijakan administrasi Trump. AS berusaha membendung arus imigran masuk ke negaranya.

"Tidak aman di sini. Semakin lama menunggu di sini, semakin dekat dengan bahaya," kata Moreno saat diwawancarai usai peristiwa penembakan mematikan di Juarez, tepat di seberang perbatasan dari El Paso, Texas.

Meski tingkat kekerasa di Juarez menurun dalam lima tahun belakangan, namun kota tersebut masih sangat berbahaya. Geng di wilayah itu berlomba-lomba menguasai rute penyelundupan narkoba.

Kota Juarez berpopulasi 1,4 juta mencatat ada 1.259 kasus pembunuhan selama 2018. Pekan lalu, seorang pria ditembak mati di Juarez, dan gadis berusia 4 tahun meninggal dalam serangan di wilayah itu. Jumlah itu melebihi angka kematian di New York City yang punya enam kali lipat penduduk.

Polisi federal baru-baru ini membebaskan tiga korban penculikan, termasuk seorang migran Honduras, dari sebuah rumah anggota geng.

Para imigran yang berharap memasuki AS, terpaksa menunggu di selatan perbatasan akibat kebijakan AS. Pemerintah AS memperluas kebijakan terkait imigran. AS membatasi masuknya imigran ke negaranya.

Departemen Luar Negeri AS telah memperingatkan bahaya tingkat tinggi di wilayah perbatasan. Bahkan pemerintah AS melarang perjalanan dinas ke wilayah tersebut.

 "Kejahatan kekerasan, seperti pembunuhan, perampokan bersenjata, pembajakan mobil, penculikan, pemerasan, dan kekerasan seksual, adalah hal biasa terjadi di sana. Kegiatan geng, termasuk pertempuran senjata dan blokade, tersebar luas. Kelompok penjahat bersenjata menargetkan bus penumpang umum dan pribadi serta mobil pribadi yang bepergian melalui Tamaulipas, sering menyandera penumpang dan menuntut pembayaran uang tebusan," kata Departemen Luar Negeri AS melalui laporannya.

 

320