Home Gaya Hidup Jesika, Anak TKI Kerinci Menangis di Atas Jenazah Ibunya

Jesika, Anak TKI Kerinci Menangis di Atas Jenazah Ibunya

Sungaipenuh, Gatra.com - Jesika, harus menghadapi ujian berat, di usianya yang belum genap 10 tahun. Dia hidup sebatang kara, di sebuah negara yang jauh dari tempat asalnya.

Jesika adalah warga Koto Padang, Kecamatan Tanah Kampung, Kota Sungaipenuh, yang saat ini sedang berada di Malaysia.

Dia ikut kedua orang tuanya, untuk mencari nafkah di sana. Alih-alih mendapatkan kehidupan yang lebih layak, gadis kecil ini malah hidup sebatang kara.

Ibunya, Dewi Nona, Sabtu (29/6) mengembuskan napas yang terakhir. Sedangkan sang ayah, berada di balik jeruji besi, karena melanggar izin tinggal di sana.

Baca Juga: Dua TKI Kerinci Meninggal di Malaysia

Pada hari kematian sang ibu, Jesika terus mendekap, mencium, dan membelai rambut ibunya, seakan belum rela ditinggalkan untuk selama-lamanya.

“Saya menangis, menitikkan air mata melihat Jesika mendekap jenazah Ibunya. Kehilangan ibu pasti akan sangat berat,” kata Nia, TKI asal Kerinci di Malaysia.

Sementara keluarga Jesika di kampung, belum bisa berbuat banyak. Jangankan untuk membawa pulang Jesika ke rumah, memulangkan jenazah ibunya pun belum mampu.

Nona Dewi berasal dari keluarga kurang beruntung. Alasan itulah, yang membawa dirinya jauh menyeberangi ke Malaysia, untuk mengais rejeki yang lebih layak.

“Ibunya di Kerinci (orang tua Nona) sedang sakit parah. Kami keluarga benar-benar kebingungan bagaimana mengurus jenazah Nona Dewi,” kata Hartitus, keluarga Nona Dewi di Kerinci.

Sebenarnya suami Nona Dewi saat ini juga sedang mengadu nasib di negeri jiran Malaysia.

Hanya saja, nasib berkata lain. Dia ditangkap polisi dan dijerumuskan ke dalam penjara karena pelanggaran keimigrasian.

“Suami Nona tak bisa berbuat banyak untuk anak dan istrinya, karena dia sedang berada di dalam penjara,” ucapnya.

Untuk sementara, anak Nona sudah diselamatkan kerabat yang ada di sana. Sedangkan jenazahnya sendiri sedang dalam upaya pengurusan.

“Nona meninggal di rumah kontrakan. Kematiannya dilaporkan pemilik rumah ke polisi, kemudian dibawa ke rumah sakit,” katanya.

Lantaran sudah berurusan dengan pihak kepolisian, keluarga Nona di Malaysia tidak berani mengurus jenazah, karena juga tidak memiliki dokumen izin tinggal di Malaysia.

“Kami keluarga sangat berharap jenazah Nona dan anaknya bisa dibawa ke kampung halaman. Mudah-mudahan ini bisa menjadi obat untuk ibunya yang sedang sakit keras,” katanya.

Namun jika memang tidak ada solusi lain, keluarga mau tidak mau harus merelakan jenazah Nona dimakamkan di Malaysia.

Kepala Desa Koto Padang, Samsudin, mengaku sudah berupaya maksimal, dengan berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk membantu mengurus pemulangan jenazah Nona.

“Saya sudah hubungi orang dekat Wali Kota Sungaipenuh. Saran mereka minta bantuan ke KBRI,” kata Samsudin.

Sejauh ini, Samsudin mengatakan belum mengetahui penyebab pasti meninggal warganya itu. “Katanya perutnya membesar, tapi penyebab pasti kami belum tahu,” katanya.

Selain berkoordinasi dengan pemerintah daerah, Samsudin juga sudah meminta bantuan organisasi masyarakat Kerinci di Malaysia.

“Kita diminta mengurus surat keterangan tidak mampu, untuk menjadi syarat pelaporan ke KBRI di Malaysia,” ujarnya.

Sekjen Kerinci Bersatu, Saidina Ali Imran, mengatakan pihaknya akan berusaha maksimal untuk membantu pemulangan Nona Dewi.

“Kita terkendala dana. Untuk pemulangan jenazah Nona, kita juga berharap adanya upaya dari pemerintah daerah kita,” ucap Ali.

Selain Nona Dewi, satu TKI asal Kerinci lainnya, yakni Nurbani juga meninggal di Malaysia beberapa hari lalu. Karena tidak ada biaya, jenazahnya terpaksa dimakamkan di Malaysia.

10035