Home Ekonomi KPPU Cium Permainan Broker Hingga Kartel Pada Harga Ayam

KPPU Cium Permainan Broker Hingga Kartel Pada Harga Ayam

Jakarta, Gatra.com - Komisioner Komisi Pengawas dan Persaingan Usaha (KPPU), Guntur Syahputra Saragih mengungapkan adanya kejanggalan dalam selisih antara harga ayam di tingkat peternak (live bird) dan konsumen (karkas). Atas kejanggalan ini, KPPU akan melakukan penyelidikan. 

“Perhitungan KPPU rasio selisih yang normal 1,6 kali. Kita lihat dari harga batas Kemendag (Kementerian Perdagangan) Rp18-20 ribu maka karkas Rp30-34 ribu. Kami menduga hal yang tidak baik di pasar, sehingga porsi perantara begitu tinggi,” jelas Guntur dalam Forum Jurnalis KPPU di Kantor Pusat KPPU, Jakarta (1/7).

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, harga ayam hidup di tiga provinsi seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat masing-masing sebesar Rp 9.167/kg, Rp 11.636/kg, dan Rp 13.000/kg per 28 Juni 2019. Harga tersebut masih dibawah harga acuan berdasarkan Permendag Nomor 96/2018, meskipun harga di ketiga provinsi sudah mengalami kenaikan masing-masing sebesar 8,5%, 14,2%, dan 5,7% dibandingkan tanggal 26 Juni 2019.

Namun berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga daging ayam ras sebesar Rp 32.800/kg per 1 Juli 2019. Adapun harga di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat masing-masing sebesar Rp 30.650/kg, Rp 29.000/kg, dan Rp 31.750/kg pada hari yang sama.

Manurut Guntur, harga tersebut masih di atas rasio harga normal sebesar 1,6 kali. Guntur beranggapan ada inefisiensi dalam jalur distribusi ayam dari hulu ke hilir. Namun, pihaknya mengaku masih belum mendapat kesimpulan apakah hal ini adanya posisi perantara (broker) yang dominan atau kartel.

“Kami masih mencari alat bukti. Kalau ada dua alat bukti, kami naikkan ke pemberkasan,” tuturnya.

Komisioner KPPU, Kodrat Wibowo mengaku pihaknya masih belum tahu perantara yang terlibat apakah independen atau terafiliasi dengan perusahaan-perusahaan integrator (melakukan usaha pembibibitan sekaligus pembesaran ayam pedaging atau petelur).

“Kami punya hipotesa kalau brokernya independen seharusnya harganya tidak menurun di pihak peternak. Kami paham bahwa harusnya integrator tidak butuh broker karena semua lancar dari RPH ke cold storage,” ungkap dia. 

385