Home Gaya Hidup Fotografer Korsel Pamerkan Puluhan Foto DMZ di Jakarta

Fotografer Korsel Pamerkan Puluhan Foto DMZ di Jakarta

Jakarta, Gatra.com – Perang saudara Korea yang meletus sejak 25 Juni 1950, berlangsung selama tiga tahun. Dalam rentang waktu yang terbilang singkat itu, ada korban tewas mencapai tiga juta orang, 10 juta anggota keluarga terpisah, dan menyisakan friksi tak berkesudahan hingga hari ini.

Ketika perang secara resmi berakhir pada 27 Juni 1953, Perjanjian Gencatan Senjata (Panmunjom) diteken. Hasilnya, kedua negara sepakat membuat zona pemisah yang disebut dengan Demilitarized Zone (DMZ). Lahan yang membentang sepanjang 249 km dengan lebar 4 km.

“DMZ sudah lama menjadi zona tanpa manusia. Secara ketat diberlakukan larangan bagi masyarakat umum memasuki wilayah ini, kecuali pasukan khusus yang telah mendapat izin masuk pada 50 tahun gencatan senjata ini. Pada awal 1997, saya masuk ke sana dan menjadi fotografer sipil pertama yang mendapat kesempatan berharga untuk memotret DMZ,” jelas fotografer asal Korea Selatan, Choi Byung Kwan ketika berbincang dengan Gatra.com di Jakarta, Sabtu (6/7).

Baca Juga: Moon Jae-in: Pertemuan Trump-Kim Awal dari Perdamaian

Hasilnya, setelah proses kerja dua tahun, dia sukses merekam lebih dari 10.000 potret suram DMZ. Kini, puluhan foto dipilih untuk dipamerkan di Gedung B, Museum Nasional Indonesia, Jakarta Pusat. Pameran sudah dibuka sejak 25 Juni lalu dan masih berlangsung sampai 20 Juli nanti, dari pukul 08.30-16.00 di Selasa-Jumat, sementara di akhir pekan dari pukul 08.30 sampai 17.00. Museum sendiri tutup tiap Senin.

“Pengalaman itu sangat berat. Saya pernah hampir ditembak di leher. Saya hampir mati menjalani gunung-gunung berbahaya itu. Apalagi saya orang [Korea] Selatan,” kenang Kwan kemudian.

Sebagai fotografer ternama di Korsel, dia beruntung dipercaya kedua negara untuk beroleh akses memotret ke DMZ. Pameran foto DMZ sendiri sudah dia lakukan sebanyak 43 kali sebelumnya. Termasuk pameran di Markas Besar PBB di New York, Museum Foto di Tokyo, di Berlin, hingga kini tiba di Jakarta.

Baca Juga: Pertemuan Kedua AS dengan Korut Bahas Denuklirisasi

“DMZ bisa disebut sebagai tanah kematian dan keputusan. Tapi saya merasa DMZ juga bisa disebut sebagai tanah penuh harapan dan masa depan. Saya terus menerus berdoa demi perdamaian negeri saya,” imbuh dia.

Kwan telah dianugerahi Penghargaan Presiden Republik Korea, penghargaan dari Menteri Luar Negeri dan Perdagangan, ada pula Penghargaan Budaya Kota Incheon, Penghargaan Budaya DMZ, dan banyak lainnya.

 

703