Home Gaya Hidup Museum di Banyumas Butuh Tambahan SDM

Museum di Banyumas Butuh Tambahan SDM

Banyumas, Gatra.com - Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, hanya memiliki satu orang sumber daya manusia yang memahami pengelolaan museum. SDM yang sangat terbatas ini tentu menyulitkan pengembangan destinasi wisata sejarah tersebut. 
 
Pengamat pariwisata Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Drs Chusmeru MSi menyebutkan, kebutuhan SDM yang mumpuni ini sangat mendesak. Apalagi, konsep museum sebagai tempat peninggalan sejarah maupun benda kuno sudah mulai ketinggalan zaman. 
 
"Museum pada zaman modern memerlukan SDM yang kreatif dan inovatif untuk mengelola museum. Dibutuhkan SDM yang paham tentang permuseuman dan kepariwisataan. Termasuk bagaimana mengelola dan memasarkan museum di era digital seperti saat ini," kata dia, Senin (8/7). 
 
Menurut dosen Prodi Ilmu Komunikasi Fisip Unsoed ini, pengelola museum dapat menggabungkan pengelolaan wisata sejarah dengan teknologi pendukung. Bangunan fisik, dan koleksi  seharusnya juga dikemas secara interaktif. 
 
Kekurangan SDM ini, kata dia, dapat diatasi dengan menggandeng komunitas pecinta sejarah  di Banyumas. Mereka difasilitasi untuk membuat kegiatan serta kajian untuk mendukung dinamika museum. 
 
Menurut dia, dana alokasi khusus (DAK) Rp900 juta yang dikucurkan untuk Museum Pangsar Soedirman dan Museum Wayang Sendang Mas sangat memungkinkan untuk meningkatkan daya tarik wisatanya. Pemkab Banyumas juga harus menyusun target capaian dari bantuan tersebut. 
 
"Terutama SDM. Jika perlu ditambah, maka harus ada tambahan baru. Target capaian terukur untuk pengelola museum juga penting. Bila itu tidak dilakukan,  berapa pun bantuan dana yang diberikan tidak akan mampu menjadikan museum sebagai sarana edukasi dan wisata," urainya. 
 
Dihubungi Gatra.com secara terpisah, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas, Deskart Sotyo Jatmiko mengatakan, tahun ini, pihaknya mengubah bentuk pengelolaan museum menjadi unit pelaksana teknis (UPT). Pengelola memiliki kewenangan khusus untuk pengembangan museum.
 
"Dulu hanya staf, sekarang UPT. Diharapkan tata kelola ini menjadi awal untuk membuat museum lebih menarik dan layak untuk dikunjungi. Sejauh ini kami hanya punya 1 orang ahli permuseuman," katanya. 
 
Selain itu, ujar Deskart, pihaknya akan memfasilitasi komunitas pecinta sejarah dan museum. Mereka diminta untuk menggerakkan sektor ruang publik dengan berbagai kegiatan pendukung.
428