Frankfurt, Gatra.com- Deutsche Bank memberhentikan 18.000 stafnya di Asia pada Senin (8/7). Ini sebagai upaya menghemat $8,3 miliar guna memberi pinjaman kepada Jerman atas kerugian tahunan.

Padahal sebelumnya bank tersebut berusaha mempekerjakan 38.000 karyawan dan sempat menjadi bank dengan pekerja terbanyak. Secara total, bank tersebut memiliki 91.500 staf di seluruh dunia.

Pada Minggu (7/7), Deutsche bank sempat membatalkan keputusan tersebut dan akan memangkas pendapatan tetap karyawan. Namun, pada akhirnya tetap memutus hubungan kerja puluhan ribu karyawan.

Kepala Keuangan Deutsche Bank mengatakan terjadi ketidakpastian secara signifikan hingga 2020. Sedangkan Kepala Eksekutif, Christian Sewing pesimis terhadap pengurangan jumlah pegawai tersebut.

" Ini tidak menghasilkan, untuk mengubah keadaan," tuturnya kepada Reuters.

Deutsche Bank berada pada zona merah selama lima tahun belakangan ini. Menandakan sebuah kemunduran yang signifikan.

Bankir terlihat meninggalkan kantor yang berlokasi di Sydney pada Senin (8/7). Mereka mengatakan telah diberhentikan, tetapi menolak untuk diidentifikasi. Mengingat mereka akan kembali untuk menandatangani sejumlah redundansi.

Tidak hanya di Asia, pemutusan hubungan kerja (PHK) juga berimbas ke London dan New York. Analis, JP Morgan menyebut rencana tersebut merupakan tindakan yang berani. Namun, ia mempertanyakan kredibilitas eksekusi, pertumbuhan pendapatan dan motivasi karyawan.

Lembaga Pemeringkat yang berbasis di Amerika Serikat, Moody menuturkan, Deutsche Bank menghadapi tantangan untuk mengimplementasikan renaca tersebut. Terutama menghadapi opini negatif dari publik terhadap bank tersebut.

" Ini adalah manuver beresiko. Tetapi jika berhasil, berpotensi membawa bank kembali ke jalur yang benar," ujar seseorang yang dekat dengan salah satu dari sepuluh pemegang saham terbesar.