Home Internasional Hubungan Antarmasyarakat Jadi Kunci Kemitraan Indonesia-AS

Hubungan Antarmasyarakat Jadi Kunci Kemitraan Indonesia-AS

Washington D.C., Gatra.com - Hubungan antarmasyarakat, baik yang dilakukan oleh mahasiswa dan pelajar, kunjungan wisatawan maupun masyarakat luas, akan menjadi kunci yang semakin penting bagi kemitraan antara Indonesia dan Amerika Serikat, baik saat ini maupun di masa yang akan datang.

Hal ini mengemuka dalam simposium sehari bertajuk "Hubungan 70 tahun Indonesia-AS: Sejarah, Kebijakan, dan Masa Depan" yang digelar bersama oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Washington D.C., Hudson Institute, dan US Indonesia Society (USINDO) di Washington D.C., Selasa (9/7) waktu setempat.

Menurut Duta Besar (Dubes) RI untuk AS, Mahendra Siregar yang membuka Simposium dan sekaligus menjadi salah satu pembicara utama, kedua negara harus menginvestasikan berbagai upaya untuk mendorong komunikasi dan kemitraan yang lebih aktif antara generasi muda atau kaum milenial yang akan melengkapi dan memperkuat diplomasi tingkat pemerintah. Simposium ini membahas aspek historis, sekaligus tantangan maupun peluang serta proyeksi hubungan Indonesia dan AS di masa depan.

Baca Juga: Rayakan 70 Tahun Hubungan Diplomatik AS-Indonesia, Kedutaan AS Gelar Konser Piano

"Perkembangan dan kemajuan teknologi yang serba cepat dan transparan, membuat komunikasi antar masyarakat kedua negara tidak lagi ada jarak, baik dari perspektif geografis maupun budaya, sehingga menjadi lebih lugas dan produktif. Kemitraan RI dan AS juga senantiasa didasarkan prinsip kesetaraan di semua aspek,” imbuh Dubes Mahendra, dalam pernyataan yang diterima Gatra.com, Rabu (10/7).

Pernyataan yang sama juga ditegaskan oleh sejarawan Baskara T. Wardaya dengan mencontohkan betapa kedekatan masyarakat kedua negara sudah terlihat sejak lama. Salah satunya adalah kisah menarik yang jarang diketahui publik, yakni saat Allan Broom Savannah dari Negara Bagian Georgia yang pada Januari 1950 mengirim surat pribadi kepada Presiden Harry Truman agar Pemerintah AS mendukung Indonesia dalam menegakkan kemerdekaan.

Masih dalam konteks historis, sejarawan dari Ohio State University, Prof. Robert J. McMahon menekankan bahwa simpati publik AS pada masa-masa awal perjuangan bangsa Indonesia dalam menegakkan kemerdekaan juga selaras dengan kebijakan Pemerintah AS. "Saat Belanda, yang nota bene adalah sekutu AS, melakukan aksi militer yang kedua pada 1948 misalnya, AS mengancam tidak akan mengucurkan bantuan Marshall Plan ke Belanda yang perekonomiannya tengah morat-marit, jika Belanda tidak menghentikan aksinya tersebut,” tukasnya.

Baca Juga: Kedubes AS Luncurkan Platform Digital Peringatan 70 Tahun Hubungan Diplomatik

Terkait proyeksi ke depan, kerja sama kedua negara, Acting Deputy Assistant Secretary urusan Asia Pasifik Kementerian Luar Negeri AS, Mark Clark menegaskan bahwa evolusi positif kemitraan Indonesia dan AS menjangkau banyak aspek. "Dalam beberapa waktu terakhir, kita melihat pengembangan bidang-bidang baru seperti dialog kerja sama mengenai ruang angkasa, penanganan mitigasi bencana, kesehatan, terorisme, pencurian ikan di laut, dan sebagainya,” ucap diplomat senior AS yang fasih berbahasa Indonesia ini.

Sementara itu, menurut salah satu panelis, yakni Ketua USINDO, Dubes David Merrill aspek strategis lain yang perlu didorong adalah kerja sama antarparlemen. Termasuk diantaranya peningkatan frekuensi saling kunjung, diskusi, dan berbagi pengalaman antar anggota legislatif kedua negara.

Selain Asisten Menteri Pertahanan AS urusan Keamanan Indo-Pasifik, Randall G. Schriver dan Ketua Hudson Institute, Kenneth Weinstein, simposium ini juga dihadiri oleh berbagai kalangan di AS, mulai dari akademisi, think-tanks, diplomat, pebisnis, wartawan, hingga LSM. Sejumlah mantan Dubes AS untuk Indonesia juga tampak hadir.

 

 

 

 

215