Home Gaya Hidup Daya Pikat Yudhistira dalam Novel 'Arjuna Mencari Cinta'

Daya Pikat Yudhistira dalam Novel 'Arjuna Mencari Cinta'

Jakarta, Gatra.com - Penulis novel Arjuna Mencari Cinta, Yudhistira ANM Massardi mengungkapkan penulisan novelnya bermula dari parodi. Konon, ia ingin membuat cerita yang tidak biasa. Proses kreatifnya mengarang novel itu ia beberkan dalam acara "Pentas Baca, Musik & Visualisasi Arjuna Mencari Cinta" di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta, Rabu (10/7).

"Idenya muncul tiba-tiba ketika saya memilih nama untuk tokoh. Jadi daripada memilih nama yang kebarat-baratan saya mengingat nama yang ketimur-timuran lah. Jadi wayang itu sudah dikenal oleh masyarakat terutama yah, jadi saya pilih nama Arjuna," jelasnya.

Meski begitu ia mengaku novel bikinannya tidak ada hubungan dengan cerita pewayangan masa lalu. Nama Arjuna diambil karena dikenal sebagai tokoh yang gagah dan heroik. Nah, tokoh itu sebetulnya pas menjadi sosok dambaan kaum Hawa. Tapi dalam kisah ini, Yudhistira justru memuat unsur lain yakni Arjuna mencari cinta--- berjuang memikat hati wanita.

"Jadi dibalik, kalau biasanya Arjuna dikejar-kejar wanita, sekarang Arjuna yang mencari cinta. Ketika judul itu ketemu, Arjuna Mencari Cinta sebagai dekonstruksi dari pemahaman orang terhadap Arjuna, maka konsep parodi untuk seluruh novel itu muncul," ungkapnya.

Bahkan ia menyebut dalam halaman pembuka novel, unsur parodi itu sudah kentara. Karakter Arjuna yang biasa tergambar dengan gestur tangan menjuntai ke bawah, dibuat menjadi bertolak pinggang.

"Arjuna itu di dalam gestur wayang kulit maupun wayang golek, tangannya selalu ke bawah. Jadi saya ingin membuatnya, mengubahnya berbeda. Jadi [kalimat utamanya] pada sebuah pagi yang merangsang, arjuna bertolak pinggang," ujarnya.

Kalimat pembuka tersebut menunjukkan dekonstruksi dan unsur parodi cerita. Setelahnya ia menulis dengan gaya "suka-suka", nyeleneh, dan disebutnya sebagai kekacauan luar biasa. 

Di sana unsur kreativitasnya terlihat karena sebuah cerita tidak melulu dihadapkan pada pakem. Arjuna modern berbeda dari kisah pewayangan yang ada.

"Terjadi penjungkirbalikan silsilah dan sebagainya. Bratasena yang seharusnya kakak sulung Arjuna, tapi [dalam novel ini] jadi bapaknya," pungkas Yudhistira.

1383