Home Internasional Kunjungan Presiden Taiwan ke AS Menuai Kemarahan Beijing

Kunjungan Presiden Taiwan ke AS Menuai Kemarahan Beijing

Washington D.C., Gatra.com - Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen tiba di Amerika Serikat (AS) pada Kamis (11/7). Perjalanan luar negeri yang dilakukannya tersebut menimbulkan kontra bagi Beijing. Pasalnya, Beijing memperingatkan bahwa demokrasi harus dipertahankan dan wilayah mereka akan menghadapi ancaman dari luar negeri.

Saat Tsai akan tiba di hotelnya di Manhattan, tejadi bentrokan antara demonstran pro-Cina dan pro-Taiwan, yang akhirnya dibubarkan oleh aparat kepolisian setempat. Namun, Departemen Kepolisian New York, tidak dapat berkomentar atas bentrok tersebut.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan tidak ada perubahan dalam kebijakan di mana Washington secara resmi mengakui Beijing dan bukan Taipei.

Baca Juga: Pemasok Apple Cina Ingin Pindahkan Produksinya ke Taiwan

Sebelum keberangkatannya, Tsai mengatakan dia akan berbagi nilai-nilai kebebasan dan transparansi dengan AS. Dia juga berharap akan menemukan lebih banyak ruang internasional untuk Taiwan.

"Demokrasi kita tidak datang dengan mudah dan sekarang menghadapi ancaman dan infiltrasi dari pasukan luar negeri. Tantangan ini juga merupakan tantangan umum yang dihadapi oleh negara demokrasi di seluruh dunia. Kami akan bekerja dengan negara dengan ide serupa untuk memastikan stabilitas sistem demokrasi," kata Tsai, seperti dilaporkan Reuters, Jumat (12/7).

Taiwan telah berusaha memperkuat aliansi diplomatiknya di tengah tekanan dari Cina. Taipei saat ini hanya memiliki 17 negara sebagai sekutu diplomatik, hampir semua negara tersebut berada di Amerika Tengah, Karibia, atau Pasifik. Di New York sendiri, Tsai akan bertemu dengan anggota komunitas Taiwan dan duta besar negara AS.

Baca Juga: Cadangan Devisa China Naik US$18,2 Miliar

Departemen Luar Negeri mengatakan bahwa kunjungan yang dilakukan oleh Tsai bersifat pribadi dan tidak resmi. Dalam upayanya meningkatkan pertahanan Taiwan, Amerika Serikat minggu ini menyetujui penjualan senjata senilai sekitar US$2,2 miliar untuk Taiwan.

Tsai, yang siap untuk dipilih kembali pada Januari mendatang, telah berulang kali menyerukan dukungan internasional untuk membela demokrasi Taiwan dalam menghadapi ancaman Cina.

Pejabat perwakilan AS untuk Taiwan periode 2002-2006, Douglas Paal, mengatakan bahwa lama waktu kunjungan Tsai diperpanjang untuk mendapatkan persetujuan AS agar berhati-hati dan menahan diri dalam berurusan dengan Beijing. Pasalnya, Tsai sendiri melakukan kunjungan luar negeri biasanya tidak lebih dari satu hari.

Baca Juga: Perang Dagang AS-Cina, Potensi Ekspor Teh Indonesia Naik

"Masuk akal untuk memperkuat hal itu. Ini juga pesan untuk Cina. Pemerintah AS percaya Tsai bertanggungjawab dalam menghormati kerangka hubungan AS-Cina-Taiwan," katanya.

Paal mengatakan pemerintahan Trump belum mengindikasikan perubahan signifikan dalam pendekatan tradisional AS ke Taiwan. Namun, ia beranggapan sesuatu bisa saja terjadi, seperti menurunnya kepercayaan antara hubungan Washington-Beijing.

“Trump tidak terlibat, tetapi ada banyak aktivitas di tingkat bawah yang berupaya meningkatkan hubungan tersebut. Jadi perubahan belum terjadi secara besar, tetapi bisa terjadi kapan saja. Dengan konsekuensi yang tidak terduga," katanya.

 

 

354