Home Teknologi Unsoed Konservasi Teripang dengan Karet Gelang

Unsoed Konservasi Teripang dengan Karet Gelang

Purwokerto, Gatra.com – Nilai jual teripang di pasar internasional cukup tinggi. Teripang dijadikan bahan produksi seperti bahan pangan bergizi tinggi, farmasi, dan industri lain. Imbasnya, terjadi ekploitasi teripang secara besar-besaran di berbagai daerah untuk memenuhi permintaan pasar.

Padahal, reproduksi teripang secara alami (seksual) membutuhkan waktu yang cukup lama  sehingga menghasilkan individu dewasa yang baru. Populasi teripang di alam mengalami penurunan setiap tahunnya. Hal ini dikhawatirkan dapat menjadi penyebab kepunahan dari teripang.

Ketua tim PKM Penelitian Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto, Achmad Dimas Cahyaning Furqon  mengatakan bahwa teripang memiliki peran  penting, baik dari segi ekologi maupun sosio-ekonomi. Teripang memiliki peran di ekosistem laut sebagai pendaur ulang nutrisi, penjaga kualitas lingkungan, dan  mendukung keseimbangan rantai makanan.

Karenanya,  Achmad Dimas bersama dua mahasiswa lainnya, yakni Firdaus Maulana dan Endang Triyani Prihantari, mengembangkan inovasi  menggunakan karet gelang  untuk menginduksi reproduksi aseksual pada teripang.

Dibimbing oleh Dosen Biologi, Romanus Edy Prabowo, Ph.D, ketiga mahasiswa biologi ini melakukan uji coba dengan judul penelitian “Induksi Reproduksi Aseksual Teripang Menggunakan Ikat Karet untuk Perbanyakan Individu: Upaya Konservasi di Kepulauan Tanimbar Maluku Tenggara Barat”.

“Pemanfaatan berkelanjutan dari teripang sangat penting bagi masyarakat pesisir khususnya di Kepulauan Tanimbar, Maluku Tenggara Barat, yang merupakan penghasil utama teripang di Indonesia,” katanya, dalam keterangan tertulis yang diterima  Gatra.com, Jumat (12/7).

Dia menjelaskan, masyarakat lokal menggunakan Sasi, yaitu kearifan lokal konservasi teripang melalui moratorium penangkapan dalam periode waktu tertentu yang diatur secara adat. Akan tetapi, untuk memnuhi permintaan pasar, periode waktu Sasi teripang semakin pendek.

Dia mengemukakan, penggunaaan karet gelang dipilih karena mudah didapat dan murah. Penelitian ini dilakukan dengan menginduksi teripang dengan cara pengikatan pada tubuh teripang menggunakan karet gelang.

Setelah itu, teripang akan membelah menjadi dua individu baru. Metode ini lebih cepat dibandingkan perbanyakan menggunakan reproduksi seksual. Menurut hasil penelitian teripang sudah dapat membelah menjadi dua dalam waktu sehari.

“Reproduksi aseksual tidak melewati masa kritis larva yang ada di reproduksi seksual. Dalam penelitian ini, tingkat kelulushidupan individu hasil pembelahan teripang uji mencapai 88 persen,” katanya.

Achmad Dimas mengklaim, model konservasi ini metode yang efektif untuk meningkatkan produksi teripang karena cepat dan mudah. Selain itu, diharapkan metode ini dapat menjadi upaya konservasi pada teripang dan dapat digabungkan dengan program lokal sasi yang telah diterapkan sehingga teripang tetap dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan namun tetap lestari.

 

358