Home Ekonomi DPP Apkasindo: Sudah Saatnya Kementan Punya Dirjen Sawit

DPP Apkasindo: Sudah Saatnya Kementan Punya Dirjen Sawit

Jakarta, Gatra.com - Siapapun tidak bisa memungkiri kalau saat ini Kelapa Sawit menjadi komoditi paling seksi di Indonesia.

Dengan luas lahan mencapai 14,3 juta hektar, tanaman asal Mauritius ini telah mampu menggelontorkan devisa bagi negara sekitar Rp471,31 triliun. Ini duit dari hasil produksi Crude Palm Oil yang saat ini masih di angka hampir 40 juta ton.

Angka ini sangat diyakini masih akan bisa lebih moncer lagi lantaran hasil produksi CPO dari luasan tadi masih bisa digenjot hingga 89,5 juta ton.

"Dari 15 komoditi perkebunan, Kelapa Sawit menjadi komoditi yang paling banyak menggelontorkan devisa untuk negara. Devisa ini malah jauh di atas setoran minyak, gas dan panas bumi yang hanya di angka Rp390,48 triliun. Dan satu hal yang lebih penting lagi, kelapa sawit telah berdampak positif bagi lebih dari 16 juta rumah tangga di Indonesia. Ini tentu pencapaian yang sangat luar biasa," kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPP-Apkasindo), kepada Gatra.com Sabtu (13/7).

Lantaran itulah kata Gulat, Kelapa Sawit sudah musti mendapat perhatian khusus. Tidak hanya untuk menggenjot potensi tadi, tapi juga menata kelapa sawit ini hingga benar-benar ramah lingkungan dan berkelanjutan.

"Kalau kelapa sawit benar-benar ditata, tentu hasilnya akan lebih bagus. Dan harus kita ingat pula bahwa dari luasan 14,3 juta hektar tadi, sekitar 42 persen adalah milik petani. Mereka ini tentu harus mendapat perhatian khusus agar mereka bisa lebih kreatif, produktif, dan mampu menjadi petani berkelanjutan," ujar Gulat.

Biar semua itu kesampaian kata mantan Ketua DPW Apkasindo Riau ini, tentu harus lembaga khusus pula yang menangani. "Sudah saatnya ada Direktur Jenderal (Dirjen) yang khusus menangani kelapa sawit ini di Kementerian Pertanian (Kementan). Alasannya ya oleh sederet yang saya katakan tadi," katanya.

Hal lain yang membikin Dirjen Kelapa Sawit harus sudah ada kata Gulat lantaran potensi yang sudah ada tadi musti benar-benar dioptimalkan tanpa harus menambah lagi luasan kebun kelapa sawit.

"Ini bukan pekerjaan mudah, semua pihak yang terkait dengan sawit harus bersinegi. Harus ada lembaga khusus di pemerintah yang menangani. Mulai dari Dirjen Kelapa Sawit hingga kepala bidang kelapa sawit," kata Gulat.

Saat ini, Dirjen Perkebunan menangani 126 jenis tanaman perkebunan, sawit menjadi salah satunya. Dan sawit kemudian hanya diurusi oleh seorang Kasubdit atau setara eselon III.

"Bagaimana mungkin sawit sebagai penghasil Devisa terbesar buat negara hanya diurusin seorang eselon III? Gulat bertanya.

Di sisi lain kata Gulat, Presiden Jokowi sangat serius soal sawit ini sampai-sampai Jokowi pasang badan melawan eropa beradu data ilmiah untuk membuktikan bahwa sawit bukanlah penyebab deforestasi dan hal negatif lainnya.

"Lagi-lagi sawit bukan hanya sekedar bisnis, tapi ada 16 juta jiwa petani dan pekerja yang berhubungan langsung dengan tanaman ini. Lantaran itulah, sawit ini musti diurusi serius, harus ada Dirjen Sawit yang mengurus. Biar motto Presiden Jokowi, kerja kerja kerja, bisa tercapai dan sawit muncul sebagai tuan di negeri sendiri," Gulat meyakinkan.

Salah seorang Dewan Pembina DPP Apkasindo, Prof. DR. Agus Pakpahan mendukung apa yang dikatakan Gulat tadi. Bagi mantan Dirjen Perkebunan ini, sudah saatnya potensi kelapa sawit yang ada benar-benar dimaksimalkan.

"Kita tidak bisa lagi terus-terusan berada di level Tandan Buah Segar (TBS) dan CPO. Tapi sudah harus melangkah ke industri hilir. Saya yakin kita bisa sampai ke sana jika ada lembaga khusus di pemerintahan yang mengurusi ini," kata Agus.

Industri hilir kata Agus menjadi teramat penting untuk menggerek petani kelapa sawit menjadi petani yang sustainable, inklusive dan smart plantation.

"Jangan lagi petani terus-terusan berada di zona eksklusif. Kalau terus-terusan di situ enggak bakal maju-maju," ujarnya.

Agus kemudian mencontohkan petani tembakau di Indonesia. "Tembakau itu baru menjajikan kalau sudah dijadikan industri hilir. Misalnya rokok. Jangan dilihat dampak negatif rokoknya, tapi lihat industri hilir yang dibangun atas tembakau itu. Begitu juga petani anggur di eropa. Anggur baru akan punya nilai lebih jika diolah menjadi minuman. Nah, begitu juga dengan kelapa sawit tadi, ada seribu satu macam turunan yang bisa dibikin. Kalau sudah ada lembaga khusus yang menangani sawit, saya yakin proses kreatif itu akan langsung muncul, tentu, Dirjen yang ditunjuk adalah Dirjen yang kreatif dan punya jiwa ke arah industri hilir dan paham sawit jugalah," pintanya.

Abdul Aziz

470