Home Internasional Hizbullah Ingatkan AS, Iran Mampu Membombardir Israel

Hizbullah Ingatkan AS, Iran Mampu Membombardir Israel

Beirut, Gatra.com - Pemimpin Hizbullah Libanon Sayed Hassan Nasrallah memperingatkan kepada dunia bahwa Iran mampu membombardir Israel jika terjadi perang antara Iran dengan Amerika Serikat.

Pernyataan Sayed Hassan Nasrallah disiarkan di televisi gerakan Al-Manar pada Jumat (12/7) waktu setempat, setelah belakangan ini meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran.

"Ketika Amerika memahami bahwa perang ini dapat melenyapkan Israel, mereka akan mempertimbangkannya kembali, tanggung jawab kita bersama di wilayah ini adalah bekerja untuk mencegah perang Amerika terhadap Iran," kata Nasrallah dilansir dari Aljazeera.

Nasrallah menambahkan, Arab Saudi maupun Uni Emirat Arab (UEA) sebenarnya tidak memiliki kepentingan dalam konflik itu.

Sementara disisi lain, House of Representatives AS memilih untuk membatasi kewenangan Trump untuk menyerang Iran, serta menyuarakan kekhawatiran bahwa kebijakan Trump akan mendorong AS ke arah perang yang tidak perlu.

Diketahui, AS menganggap Hizbullah - satu-satunya faksi yang tidak dilucuti setelah perang saudara Lebanon 1975-1990 - sebagai organisasi teroris. Tapi Hizbullah juga merupakan pemain politik utama di negara kecil Mediterania itu, setelah mendapat 13 kursi di parlemen tahun lalu dan mengamankan tiga menteri di kabinet saat ini.

Nasrallah juga mengatakan dia telah mengurangi jumlah pejuang gerakannya yang mendukung pemerintahan Presiden Bashar al-Assad di Suriah, yang masih dilanda krisis akibat perang.

"Tentara Suriah sangat pulih dan telah menemukan bahwa hari ini tidak membutuhkan kita," katanya.

"Kami hadir di setiap area yang dulu kami tuju. Kami masih di sana, tapi kami tidak perlu berada di sana dalam jumlah besar selama tidak ada kebutuhan praktis," katanya.

Kepala gerakan Syiah, yang telah berperang di Suriah sejak 2013, tidak memberikan perincian tentang sejauh mana pengurangan tersebut.

Didukung oleh Rusia dan Iran, pemerintah Damaskus telah mengambil kembali sebagian besar wilayah dari kelompok pemberontak sejak 2015, dan sekarang mengendalikan sekitar 60 persen negara itu.

Nasrallah berbicara setelah Washington mengumumkan sanksi baru terhadap Hizbullah, yang menargetkan para pejabat terpilih dari gerakan itu untuk pertama kalinya.

Nasrallah mengatakan tidak ada pejuangnya yang saat ini terlibat dalam pertempuran di wilayah barat laut Suriah, Idlib, di mana pasukan Suriah dan Rusia telah meningkatkan pemboman mematikan sejak akhir April.

" Tetapi jika ada kebutuhan untuk kembali, semua yang ada di sana akan kembali ke Suriah," tambahnya.

Pernyataan Nasrallah mencuat untuk menandai peringatan dimulainya perang Hizbullah tahun 2006 dengan Israel, yang menewaskan lebih dari 1.200 warga Lebanon, kebanyakan warga sipil, dan lebih dari 160 warga Israel yang sebagian besar tentara.

Kedua negara secara teknis masih berperang, dan pasukan penjaga perdamaian PBB mengatakan tiga terowongan telah ditemukan, digali di bawah perbatasan dari Libanon ke Israel, sejak akhir tahun lalu.

Pemimpin kelompok itu memperingatkan bahwa instalasi utama Israel di sepanjang pantai Mediterania, termasuk Tel Aviv, ada dalam jangkauan roket Hizbullah.

1216

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR