Home Politik Akhiri Polemik PDIP Surabaya, Dari Istighasah Hingga Protes

Akhiri Polemik PDIP Surabaya, Dari Istighasah Hingga Protes

Surabaya, Gatra.com – Hingga seminggu pasca Konfercab, polemik internal DPC PDIP Surabaya belum juga reda. Kondisi ini mengundang empati dan keprihatinan.

Selain memperjuangkan pernyataan keberatan atas hasil Konfercab, sejumlah PAC dan simpatisan partai berlogo banteng moncong putih itu tak henti-hentinya menjaga semangat.

Salah satu diantaranya dengan istighasah dan doa bersama di halaman kantor DPC PDIP Surabaya, Jalan Kapuas, Surabaya. Koordinator acara, Triarso menuturkan, doa bersama digelar guna menyikapi persoalan hasil pembacaan rancangan rekomendasi pengurus DPC PDI Surabaya.

Polemik bermula dari surat rekomendasi penunjukan Adi Sutarwijono sebagai ketua DPC PDIP Surabaya dan Baktiono sebagai sekretaris, yang dibacakan dan ditetapkan melalui Konfercab pada Minggu (7/7/2019).

Rekomendasi DPP PDIP yang ditandatangani Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri itu ditolak oleh sebagian besar PAC. Sebab, sebanyak 31 PAC mengusulkan Whisnu Sakti Buana. Menurut para kader, ada upaya mendzalimi proses demokrasi dalam internal partai berlambang banteng moncoh putih ini.

"Upaya (pernyataan keberatan) sudah kami sampaikan ke DPP. Saat ini, tinggal memohon kepada Allah agar persoalan ini cepat selesai dan ada keadilan," kata Triarso, di Surabaya, Sabtu (13/7/2019). Menurut Triarso, sebanyak 31 PAC sudah melayangkan surat keberatan ke DPP PDIP dan meminta keputusannya untuk dievaluasi kembali.

Langkah ini, kata dia, sebagai jalan demokrasi yang harus ditempuh oleh seluruh Ketua PAC PDIP Surabaya sebagai pemegang mandat dari 60 ribu kader dan simpatisan di Surabaya yang memiliki hak anggota di partai ini. Seluruh kader partai berlambang Banteng Moncong Putih ini, tak surut langkah untuk menunggu keputusan tersebut.

"Kita sudah berupaya. Saat ini tinggal berdoa. 'Gusti Pengeran' mboten sare (Allah tidak tidur, Red). Pasti akan diturunkan jalan terbaik-Nya," kata Triyarso.

Acara istighasah dan doa bersama tersebut dipimpin langsung oleh Gus Fahmi, salah satu tokoh Nahdliyin Kedinding, Surabaya. Kepada mereka yang hadir, Gus Fahmi, pada momen itu, menjelaska tentang arti sebuah loyalitas.

Dengan tegas Gus Fahmi menegaskan bahwa apa yang sudah dilakukan oleh Whisnu Sakti Buana, ketua DPC PDIP sebelumnya, adalah meneruskan dari sang ayah, almarhum Ir. Sutjipto yang begitu loyal dan mengabdi kepada keluarga Bung Karno.

"Semangat pengabdian itu dimandatkan serta diwariskan kepada Pak Wisnu. Jadi bukan hanya melihat PDI-nya tapi juga melihat Pak Soekarno," kata Gus Fahmi.

Reporter: Abdul Hady JM

Editor: Bernadetta Febriana