Home Ekonomi Inflasi Terjaga dan Naiknya Daya Beli Turunkan Kemiskinan

Inflasi Terjaga dan Naiknya Daya Beli Turunkan Kemiskinan

Jakarta, Gatra.com - Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian (Kementan), Ketut Kariyasa, mengatakan, angka kemiskinan menurun drastis salah satunya karena terjaganya inflasi dan bahan pokok serta meningkatnya daya beli petani.

Kariyasa dalam keterangan tertulis, Selasa (16/7), menyampaikan, Kementan melalui berbagai unit kerjanya terus memfokuskan diri pada program strategis yang berkaitan langsung dengan penurunan angka kemiskinan. Salah satunya dengan mengimplementasikan program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (Bekerja).

Bekerja merupakan program bantuan langsung berupa paket ternak ayam kampung atau kambing dan sayur mayur atau komoditas komersial lainnya yang bisa ditanam di lahan sempit pekarangan. Paket bantuan ini diberikan kepada setiap Rumah Tangga Petani Miskin (RTM) untuk dikelola menjadi sumber pendapatan utama.

Selain Program Bekerja, Kementan juga terus mengenjot produksi pangan strategis untuk meningkatkan ketersediaan pangan dan produksi dalam negeri, termasuk juga membenahi rantai pasok dan distribusinya agar harga pangan tetap stabil sampai di tingkat konsumen.

"Ini penting dilakukan karena menurut data BPS tahun 2018, komponen makanan masih menyumbang sebesar 73,48% kepada pembentukan garis kemiskinan. Sementara sisanya 26,52% disumbang oleh komponen nonmakanan," ujar Kariyasa.

Data yang sama juga menunjukan bahwa komoditas beras masih berpengaruh pada garis kemiskinan di perkotaan sebesar 20,95%. Sedangkan pengaruh di garis kemiskinan di perdesaan mencapai 25,79%.

"Karena itu, kombinasi program peningkatan produksi pangan dalam negeri dan program Bekerja akan berdampak nyata pada pengurangan jumlah penduduk miskin, khususnya di perdesaan," katanya.

Terbaru, Badan Pusat Statistik (BPS) juga merilis bahwa angka kemiskinan Indonesia pada Maret 2019 hanya 9,41% atau setara dengan 25,14 juta orang. Angka tersebut turun drastis dan signifikan hingga 9,41% dari angka awal periode September sebesar 9,66%.

Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, turunnya angka kemiskinan ini terjadi di wilayah kota dan desa. Angka di perdesaan jumlahnya jauh lebih cepat, yakni sekitar 0,25%. Sedangkan di kota turun 0,20% sejak periode September hingga Maret 2019. Meski begitu, harus diakui bahwa masih ada disparitas yang cukup tinggi antara kemiskinan di kota dan desa. Masing-masing angkanya sebesar 6,69% dan 12,85%.

Berdasarkan data BPS, rata-rata upah riil buruh tani di desa naik 0,93%. Sedangkan Nilai Tukar Petani (NTP) selalu berada di atas 100. Hal ini berarti daya beli petani semakin baik, dan kesejahteraan mereka semakin meningkat.

Kemampuan pemerintah menjaga laju inflasi dan harga bahan pokok juga menjadi salah satu faktor menurunnya angka kemiskinan. Secara nasional, harga eceran beberapa komoditas pokok antara lain ayam ras, minyak goreng, gula pasir, cabai rawit, dan cabai merah mengalami penurunan. Inflasi periode September 2018 sampai Maret 2019 tercatat hanya sebesar 1,53%.

"Ketersediaan stok dan pengawalan rantai distribusi bahan pangan menjadi kunci pemerintah mampu menjaga inflasi. Kebijakan Kementan telah tepat sasaran, dan kami bersyukur masyarakat miskin pedesaan menurun cepat," kata Kariyasa.