Home Internasional Warga Korsel Boikot Produk Jepang

Warga Korsel Boikot Produk Jepang

Seoul, Gatra.com - Manajer supermarket Cho Min-hyuk mengeluarkan semua produk Jepang dari rak tokonya sehari setelah Tokyo melakukan pembatasan ekspor ke Korsel. Penyingkiran produk tersebut merupakan sikap terhadap Jepang yang memperburuk perselisihan politik dan ekonomi antara kedua negara tetangga di Asia Timur.

Kemarahan seperti itu dipicu oleh boikot yang meluas atas produk dan layanan Jepang, dari mulai bir hingga pakaian dan perjalanan lintas negara, hingga mengganggu bisnis dan ekonomi Korsel yang tengah terpuruk dalam satu dekade terakhir.

Cho yang mengelola supermarket seluas 1.500 meter persegi di Seoul, menyingkirkan produk Jepang secara sukarela. Lebih dari 200 supermarket dan toko bahan makanan lainnya melakukan hal yang sama.

"Jepang menekan Korea Selatan melalui pembatasan ekspor, tidak menunjukkan penyesalan atas kesalahan masa lalunya, benar-benar tidak dapat diterima," kata Cho dilansir dari Reuters, Jumat (19/7).

Baca juga: Ekspor Dibatasi, Korea Selatan Laporkan Jepang Ke WTO

Dua toko swalayan teratas yakni CU dan GS25 di Korsel, mengatakan, penjualan bir Jepang masing-masing turun 21,5% dan 24,2%, dalam dua pekan pertama pada bulan Juli dari periode dua pekan sebelumnya. E-Mart melaporkan penurunan sejumlah 24,6%.

Yayasan Budaya Hongcheon, penyelenggara Festival Bir di Korea, mengatakan bahwa pihaknya membatalkan pesanan 1,2 ton bir Kirin yang pada penyelenggaraan tahun lalu merek Jepang itu menyumbang sepersepuluh dari pendapatan.

Korsel mengimpor 61% bir Jepang dan menghabiskan 7,9 miliar yen (US$73,13 juta) pada tahun 2018. Menurut Euromonitor, Asahi Super Dry adalah merek impor paling populer yang penjualannya mencapai tiga kali lipat dalam lima tahun terakhir.

Seorang juru bicara Asahi mengatakan, perusahaan sedang memantau perkembangan tetapi menolak untuk mengomentari dampaknya.

Screenshot pembatalan perjalanan Jepang sedang tren di media sosial. Hanatour, sebuah biro travel di Korsel, mengatakan, sekarang hanya menerima 500 pemesanan tur ke Jepang dalam sehari, dari rata-rata 1.100. Very Good Tour mengatakan, pemesanan turun 10% sementara pembatalan terus meningkat 10% dari minggu ke minggu.

Baca juga: Bersitegang dengan Korsel, Jepang akan Lapor ke ICJ

"Jika seseorang melakukan sesuatu yang salah, mereka tidak boleh bangga dengan diri mereka sendiri," kata Lee Sang-won, seorang desainer (29) yang membatalkan perjalanannya ke Jepang dengan biaya 130.000 won (US$110,15).

Merek fesyen Fast Retailing Jepang, Uniqlo, yang menjual pakaian bernilai sekitar 140 miliar yen--6,6% dari pendapatannya--di 186 toko di Korea, juga merasakan dampak langsung.

"Ada dampak tertentu pada penjualan," kata kepala keuangan Takeshi Okazaki, kepada wartawan pekan lalu, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

356