Home Politik Terima 12 Aliran Dana dari Berbagai Negara, Ini Kerja 'Mastermind' Saefulah

Terima 12 Aliran Dana dari Berbagai Negara, Ini Kerja 'Mastermind' Saefulah

 

Jakarta, Gatra.com - Saefulah alias Daniel alias Chaniago, terduga teroris afiliasi ISIS disebut menerima 12 aliran dana dari berbagai negara untuk jaringan teroris di Indonesia. Dana itu beberapa kali diserahkan ke Novendri, terduga teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Padang yang baru diringkus polisi pada Kamis, (18/7) lalu.

Dana tersebut diberikan untuk melancarkan teror di beberapa daerah. Adapun 12 sumber dananya sebagai berikut:
1.Yahya Abdul Karim dari Trinidad & Tobago (4 kali);
2. Fawaaz Ali dari Trinidad & Tobago;
3. Keberina Deonarine dari Trinidad & Tobago;
4. Ahmed Afrah dari Maldives;
5. Ricky Mohammed dari Trinidad & Tobago (2 kali);
6. Ian Marvin Bailey dari Trinidad & Tobago;
7. Pedro Manuel Morales Mendoza dari Venezuela;
8. Mehboob Suliman dari Jerman;
9. Simouh Ilyas dari Jerman;
10. Muslih Ali dari Maldives;
11. Furkan Cinar dari Trinidad & Tobago;
12. Jonius Ondie Jahali dari Malaysia.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, dana tersebut diberikan sejak Maret 2016 hingga September 2017.

 

"Total dana $28.921.89 atau Rp413.169.857. Mereka menggunakan sistem aliran dana Western Union," ungkap Dedi saat konferensi di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (23/7).

 

Saefulah, yang disebut Densus 88 sebagai "mastermind" Novendri dan kelompok teroris lainnya, juga mengatur perjalanan Muhammad Aulia dan 11 orang kawanannya ke Khorasan, Afghanistan.

Khorasan diduga sebagai lokasi menetapnya Saefulah saat ini. Adapun dugaan Saefulah memilih tempat persembunyiannya itu karena pecahnya kekuatan setelah ISIS kalah di Suriah.

 

"Ini daerah abu-abu, daerah perbatasan yang tidak bisa dikontrol oleh satu pemerintah, itu sebabnya mereka kuat di situ," terang Dedi.

 

Dedi menyebut Aulia Cs dideportasi di Bangkok pada 13 Juni 2019, kemudian ditangkap di Bandara Kuala Namu oleh Densus 88.

Selain mengatur perjalanan Aulia, Saefulah juga memberi uang Rp 18 juta ke Abu Saidah, untuk diberikan Novendri di Mal Botani Square Bogor pada September 2018 lalu.

Dari uang itu, sebesar Rp16 juta diberikan Novendri ke pemimpin JAD Bekasi, Bondan, untuk pembuatan bom high explosive aksi 21-22 Mei di KPU dan Bawaslu. Namun, Bondan sudah ditangkap pada masa pencarian 8-14 Mei 2019 lalu.

Saefulah juga menyuruh Novendri memberikan dana ke Mujahidin Indonesia Timur (MIT) untuk keberlangsungan kelompok yang berada di Poso pimpinan Ali Kalora.

 

Tak berhenti sampai di situ, pria yang sebelumnya bekerja sebagai penjaga perpustakaan Pondok Pesantren Ibnu Mas'ud itu juga berencana mengirimkan uang kepada anggota JAD Kalimantan Timur, Yoga, untuk membeli senjata dari Filipina dan diselundupkan ke Indonesia. Yoga yang diringkus pada Juni 2019 itu berperan sebagai perantara JAD Indonesia dan jaringan teroris Filipina di Malaysia, menggantikan Andi Baso.

Sedangkan Andi Baso masih berada di Filipina Selatan dan kini jadi buron akibat peristiwa teror di Gereja Oikumene Samarinda pada November 2016. Ia juga mengatur perjalanan suami-istri yang jadi 'pengantin' dalam serangan Katedral di Pulau Jolo, Filipina Selatan, yakni Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh. Dua nama terakhir tewas dan merupakan deportan Turki pada Januari 2017.

"Saat ini Densus 88 sedang mapping kembali, mengidentifikasi kembali napiter yang sudah keluar, deportan dari Suriah yang sudah masuk ke Indonesia termasuk para DPO ini. DPO masih dikejar. Jaring komunikasi polisi Indonesia kita aktifkan dengan kepolisian Filipina, Malaysia, Afghanistan. Ini untuk mencegah aksi terorisme terstruktur oleh JAD," tukas Dedi.

 

 

176