Home Gaya Hidup Saat Seniman Mengajar di Daerah Terdampak Bencana dan 3T

Saat Seniman Mengajar di Daerah Terdampak Bencana dan 3T

Jakarta, Gatra.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kembali menyelenggarakan program Seniman Mengajar. Sebanyak 50 seniman telah terpilih dan akan ditempatkan di 12 lokasi yang telah ditetapkan selama 45 hari.

Di daerah penugasan, para seniman akan tinggal dan berbaur dengan masyarakat setempat untuk membangun jejaring dan ekosistem seni bernafaskan tradisi dan kesenian lokal. Tujuannya, muncul kesadaran seni melalui partisipasi warga di daerah tersebut.

“Ini program yang memang kita andalkan, karena seperti kita tahu tidak banyak masyarakat Indonesia yang dapat mengakses pengetahuan terhadap praktik kesenian,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, usai memberi pembekalan pada 50 seniman terpilih di Jakarta, Rabu (24/7).

Di tahun ketiga ini, pelaksanaan program agak berbeda dengan tahun sebelumnya. Lokasi residensi pada 2019 mengambil daerah yang terdampak bencana dengan pendekatan seni berbasis trauma healing. Penempatannya juga mencakup daerah 3T atau daerah tertinggal, terdepan dan terluar di Indonesia.

Lokasi penyelenggaraan Seniman Mengajar 2019 adalah Karo (Sumatera Utara), Muaro Jambi (Jambi), Pandeglang (Banten), Kasepuhan Ciptagelar (Jawa Barat), Singkawang (Kalimantan Barat), Brebes (Jawa Tengah).

Kemudian, Kepulauan Sangihe (Sulawesi Utara), Lombok Utara (Nusa Tenggara Barat), Sumba Barat Daya (Nusa Tenggara Timur), Larantuka (Nusa Tenggara Timur), Banda Neira (Maluku Tengah) dan Sentani (Papua).

Hilmar menjelaskan pemilihan lokasi di wilayah terdampak bencana karena aktivitas di daerah tersebut belum sepenuhnya pulih pascabencana. Contohnya, kegiatan belajar-mengajar saja belum terlaksana seutuhnya.

Sedangkan daerah 3T dipilih karena sangat sedikit orang dengan kemampuan dan pengetahuan seni yang mau ditempatkan di sana.

“Akses terhadap kesenian paling susah di sana. Jadi kita fokusnya mendatangkan teman-teman seniman ke sana untuk merangsang kapasitas yang ada di lokal untuk berkembang,” ujarnya.

Lusiana Limono, salah satu peserta program Seniman Mengajar 2019. (GATRA/Eva Agriana Ali/far)

Lusiana Limono adalah salah satu seniman yang lolos. Ini kali kedua dia berpartisipasi dalam program Seniman Mengajar. Pemerhati tenun dan produk kriya tersebut menjelaskan ketertarikannya mengajar karena dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat yang sama sekali berbeda dengannya.

Menurutnya, lewat Seniman Mengajar ini asumsi-asumsi tentang perbedaan itu lebur, lalu muncul kesadaran bersama bahwa mereka adalah satu keluarga besar Bangsa Indonesia.

"Jadi kita bangun Indonesia bersama-sama lewat jalan kebudayaan. Itu yang membuat saya tertarik dan tertantang," ujarnya.

487