Home Teknologi Kementan Jajaki Bio-Sensing Belanda untuk Perkuat Karantina

Kementan Jajaki Bio-Sensing Belanda untuk Perkuat Karantina

Amsterdam, Gatra.com - Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian (Kementan), Ali Jamil, mengatakan, pihaknya menjajaki tranfer teknologi Bio-Sensing dari Belanda untuk meningkatkan pengawasan lalu lintas komoditas pertanian.

Jamil dalam keterangan tertulis, Rabu (24/7), menyampaikan keterangan tersebut saat Kunjungan Studi Diplomasi Anggota Komisi IV DPR di Amsterdam, Belanda, Selasa (23/7).

Menurutnya, Barantan menjajaki transfer teknologi tersebut dari Belanda karena Indonesia memerlukan terobosan inovasi untuk mengawasi lalu lintas atau keluar masuknya komoditas pertanian di wilayah Tanah Air yang sangat luas.

Luasnya wilayah NKRI, terlebih dengan ribuan pulau menimbulkan banyak tempat pemasukan dan pengeluaran dibandingkan dengan jumlah sumber daya manusia (SDM) Perkarantinaan saat ini.

Karena itu, lanjut Jamil, terobosan inovasi dan teknologi agar dapat tetap menjamin kelestarian sumber daya alam hayati yang sangat kaya ini termasuk menjamin kesehatan masyarakat selaku pengguna akhir produk pertanian merupakan keniscayaan.

Baca juga: Karantina Jamin Produk Ekspor dengan Sertifikat Elektronik

"Hal ini merupakan tantangan juga bagi negara-negara di daratan Benua Eropa, SDM Perkarantinaan yang terbatas dibandingkan luas wilayah yang harus dijaga," katanya.

Menurut Jamil, di Pelabuhan Rotterdam, Belanda yang merupakan satu-satunya pintu masuk Benua Eropa menerapkan teknologi Bio-Sensing untuk pengawasan. "Ini yang menjadi perhatian kami," kata Jamil.

Teknologi Bio-Sensing yang digunakan oleh petugas otoritas Karantina Belanda dimaksudkan untuk meningkatkan pengawasan komoditas pertanian yang dilalulintaskan antarwilayah.

Tidak hanya itu, lanjut Jamil, peralatan ini digunakan juga untuk melakukan pengawasan ekspor dan impor komoditas pertanian, sehingga dapat meminimalkan waktu pemeriksaan dan meningkatkan efisiensi serta biaya yang dipergunakan.

"Sangat cocok digunakan oleh petugas Karantina di tempat pemasukan dan pengeluaran utama, agar pengawasan dapat lebih efisien, efektif, dan akurat," ujar Jamil.

Keinginan yang diapresiasi pemerintah Belanda ini segera ditindaklanjuti dalam kerja sama pada klausul "added value of decision support for potato light blight control in Indonesia”. Kerja sama pengawasan terhadap komoditas kentang telah disusun oleh kedua belah pihak terlebih dahulu dan ini yang ditambahkan dalam pasal tambahan.

Ke depan, menurut Jamil, bimbingan teknis untuk penerapan teknologi Bio-Sensing akan diperluas untuk komoditas pertanian lainnya. Selain itu, juga dilakukan penguatan kapasitas dan kehalian SDM.

"Saat ini sejumlah petugas Karantina Pertanian tengah disiapkan mengikuti tugas belajar jenjang S-2 dan S-3. Dan Bio-Sensing menjadi topik utama penelitiannya," kata Jamil.

Dalam rangkaian Kunjungan Studi Diplomasi Anggota Komisi IV DPR RI ini juga membahas soal platform kerja sama bilateral di bidang pertanian, perikanan, dan kehutanan yang telah ada yakni Working Group on Agriculture, Fisheries and Forestry (WGAFF).

Baca juga: Kementan dan Polri Kerja Sama Cegah Penyelundupan Pangan

Ketua Komisi IV DPR RI, Edhy Prabowo, selaku Ketua Delegasi menjelaskan bahwa kerja sama yang telah terjalin adalah di bidang transfer teknologi dan pengembangan SDM Pertanian.

Ke depannya, kerja sama untuk saling memperkuat ketahanan pangan di masing-masing dan juga meningkatkan pertumbuhan komoditas pertanian yang berorientasi ekspor guna memperkuat sektor pertanian kedua negara.

Sementara itu, untuk bidang perkarantinaan, Edhy menekankan pentingnya peningkatan pengawasan untuk komoditas yang dilalulintaskan antara kedua negara dengan memberikan notifikasi jika terdapat permasalahan perkarantinaan di masing-masing negara.

Notifikasi tersebut seperti halnya Notify of Non Compliance (NNC) terhadap bibit bunga Lili (Lilium sorbone) asal Belanda yang terkontaminasi penyakit yang belum ada di Indonesia, A1 yakni Rhodococus fascians. Benih terkontaminasi virus berbahaya ini masuk di sepanjang awal tahun 2019.

Bibit bunga tersebut masuk melalui Bandar Udara (Bandara) Soekarno-Hatta, Semarang, dan Bandung. Semua bibit itu telah dimusnahkan guna mencegah terjadinya wabah yang dapat mematikan upaya pengembangan hortikultura di Indonesia.

Baca juga: Barantan Dorong Masyarakat Patuh Karantina

"Kita saling mendukung untuk kelestarian SDA hayati, tugas yang cukup berat dan diperlukan kerja sama yang kuat," ujar Edhy.

Belanda sebagai satu dari empat negara yang telah menerapkan sertifikat elektronik dalam proses bisnis ekspor komoditas pertanian menjadi mitra dagang strategis bagi Indonesia.

Berdasarkan data dari sistem otomasi perkarantinaan, IQFAST sampai dengan Juni 2019 nilai ekspor komoditas pertanian ke Belanda mencapai Rp603,39 miliar. Angka ini masih surplus dibandingkan nilai impor dari Belanda senilai Rp273,66 miliar. Ada pun jenis komoditas yang laris di pasar Belanda adalah belimbing, durian, jeruk, mangga, manggis, markisa, dan buah naga.

"Dengan berhasil menembus persyaratan ekspor negeri Belanda, kita sekaligus dapat menerobos pasar negara-negara Eropa. Sejalan dengan arahan pak Mentan memacu ekspor, ini harus terus kita perkuat," kata Jamil.