Home Milenial 'Lelampah', Gaya Alumni ISI Gelar Reuni 20 Tahun

'Lelampah', Gaya Alumni ISI Gelar Reuni 20 Tahun

Bantul, Gatra.com - Dua dekade sejak kuliah pertama kali di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, sekelompok eks mahasiswa kampus itu berkumpul lagi dan menggelar pameran. Reuni melalui warna-warni dan aneka sentuhan lukisan, termasuk karya mereka yang tak lagi menekuni dunia seni.

Pameran bertajuk ‘Lelampah' itu digelar sejak Sabtu (20/7) di Galeri Fadjar Sidik Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, Bantul, oleh para mahasiswa seni lukis ISI 1999 yang memilih nama angkatan ‘Gledek 99’.

Dari 45 orang angkatan itu, beberapa nama eksis di dunia seni Yogyakarta, seperti Agus TBR, Agus Sahri, Arya Sucitra, Diana Capung, Edi Maesar, Hardiana, Wedhar Riyadi, dan Priyaris Munandar.

Agus Sahri memajang lukisanya anyarnya ‘Eling lan Waspodo’. Goresan cat minyak warna-warninya di atas kanvas 105 x50 centimeter memberikan imaji tentang sosok wayang Semar yang bijak.

Suasana pameran seni 'Lelampah' gelaran alumni pendidikan seni lukis Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, angkatan 1999 di kampus tersebut hingga 30 Juli 2019. (GATRA/Arif Hernawan/tss)

Baca Juga: Seniman Afghanistan, Bali, dan Padang Ungkap Pesan Toleransi

Adapun Arya Sucitra menampilkan sembilan panel karya media campur ukuran 30-40 centimeter persegi buatan 2003-2004 berjudul ‘Utopia Mind’. Karya seniman sekaligus dosen ISI ini berupa figur-figur anatomis yang interpretatif.

Selain mereka, nama-nama lain, walau berkiprah di medan yang lain, konsisten mengikuti pameran bersama kelompok Gledek 99. Namun ada pula mereka yang tak lagi menekuni dunia seni dan bekerja di bidang lain.

Bagus Adi Chandra, misalnya, kini seorang pemadam kebakaran. Di pameran ini, ia menyumbang empat panel karyanya, termasuk karya terbarunya ’Menyampah Plastik’, akrilik di kanvas 60x40 centimeter, yang sarat pesan lingkungan.

Arya menjelaskan, ‘Lelampah’ kelanjutan dari pameran Gledek 99 sebelumnya, ‘Mirror’ pada 2016 dan jadi semacam ritus perjalanan dan lelaku kreatif selama 20 tahun di medan seni rupa Yogyakarta. Banyak capaian yang beragam dari masing-masing perupa.

“Perjalanan 20 tahun inilah yg mengingatkan kami apa yang sudah kami sumbangsihkan kepada kampus yang telah memberikan fondasi ilmu dasar hingga konsep pemikiran mendalam tentang seni. Maka perjalanan awal kami mulai lagi berpameran bersama di kampus,” ujar Arya kepada Gatra.com, Kamis (25/7).

Baca Juga: Menyaksikan Aksi Manusia Sarung

Pengulas pameran ini, Rain Rosidi, menyatakan duapuluh tahun bagi sebuah kelompok menunjukkan bahwa kebutuhan mereka untuk 'bekerjasama' terutama dalam pameran bersama ternyata bukan sekadar 'cinta sesaat di bangku kuliah'.

Dengan kembali ke kampus, mereka merasa memperoleh kembali semangat yang dulu disemai. Suasana di mana gagasan apapun seolah bisa dikerjakan, tanpa batasan teknis, seperti pekerjaan, kesibukan keluarga, tuntutan profesionalitas,” tutur Rain dalam pengantar pameran yang berlangsung hingga 30 Juli ini.

737