Home Politik Polisi Tembak Polisi, IPW: Budaya Arogansi Masih Kental

Polisi Tembak Polisi, IPW: Budaya Arogansi Masih Kental

Jakarta, Gatra.com - Indonesia Police Watch (IPW) turut menanggapi insiden penembakan yang dilakukan anggota kepolisian, Brigadir RT terhadap Bripka RE di Polsek Cimanggis, Depok, pada Kamis (25/7) malam.

Ketua IPW, Neta S Pane menilai, ada beberapa hal yang melatarbelakangi mudahnya penembakan yang dilakukan anggota kepolisian, baik terhadap rekan sendiri maupun masyarakat sipil. Salah satunya adalah sikap arogansi.

"Dari berbagai kasus polisi tembak polisi selama ini, IPW menilai cukup banyak hal yang melatarbelakanginya hingga puncaknya polisi tersebut tega menghabisi nyawa temannya dengan senjata api. Yakni, sikap arogansi yang masih kental dalam budaya kepolisian Indonesia," kata Neta saat dikonfirmasi, Jumat (26/7).

Neta menambahkan, adanya gaya hidup hedonis dalam kepolisian turut menjadi faktor pendukung arogansi itu. Ia menyebut, hal itu juga menimbulkan konflik antarpersonel.

Namun satu sisi, persoalan emosional anggota kepolisian juga dipicu oleh beban kerja yang cukup berat. Neta menjelaskan, salah satunya adalah penjagaan saat Pilpres 2019. Momentum itu menyumbang tekanan psikis yang cukup besar ke anggota polisi.

Di tengah beban kerja yang cukup berat, Neta menjelaskan upah yang diterima anggota polisi, terutama strata bawah, tak begitu besar. Padahal, kebutuhan rumah tangga, terlebih mereka yang tinggal di kota besar, butuh pengeluaran yang tak sedikit.

"Ini kerap menjadi tekanan tersendiri bagi anggota Polri dalam menjalankan tugas profesionalnya dan ini pula yang kerap menjadi penyebab utama mudahnya emosi polisi jajaran bawah gampang meledak menjadi bringas dan sadis," ungkapnya.

Neta tak menampik jika dari kasus penembakan oleh anggota polisi kerap terjadi. Ia mengatakan, polisi tak jarang berulah menjadi koboi kepada masyarakat sipil dan temannya, atau polisi bunuh diri dengan pistolnya sendiri.

"Bagaimanapun masalah akut ini perlu diatasi," ucap Neta.

Sebelumnya dilaporkan Bripka RE, yang dikenal anggota Samsat Polda Metro Jaya (PMJ) mengamakan salah seorang yang diduga pelaku tawuran FZ, dengan barang bukti sebilah celurit, di Polsek Cimanggis, sekitar pukul 20.30 WIB, Kamis (25/7).

Tak lama berselang, datang orangtua pelaku bersama anggota polisi lainnya, Brigadir RT dan brigadir R.

Mereka pun ke ruang Sentra Pelayananan Kepolisian Terpadu (SPKT) di Polsek Cimanggis.

Brigadir RT kemudian meminta agar FZ bisa dilepaskan, dengan alasan dapat dibina oleh keluarganya.

Namun, menurut sumber, Bripka RE sepertinya enggan untuk melepas dan meminta kasus tersebut dilanjutkan dengan diproses penyelidikan, karena yang melaporkan kejadian adalah dirinya, Bripka RE.

Rupanya terjadi perselisihan antara Bripka RE dengan Brigadir RT. Cekcok itu membuat Brigadir RT tidak dapat menahan emosinya. Dia pun ke sebuah ruangan lain di Polsek dan mengeluarkan senjata jenis HS 9 dan menembak Bripka RE.

Dikabarkan ada tujuh kali tembakan mengarah ke Bripka RE, sebagaimana temuan barang bukti selongsong di TKP.

Korban Bripka RE terluka tembak dibagian pada dada, leher, paha, dan perut.

“Korban meninggal di lokasi,” kata sumber Gatra.com.

Tim dari Mabes Polri langsung melakukan olah TKP dan memeriksa sejumlah saksi.

 

219