Home Ekonomi Diproteksi UE, BPDPKS akan Kembangkan Demand CPO Domestik

Diproteksi UE, BPDPKS akan Kembangkan Demand CPO Domestik

Jakarta, Gatra.com - Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Dono Boestami menuding Uni Eropa (UE) melakukan tindakan proteksionisme terhadap produk kelapa sawit Indonesia melalui usulan bea masuk biodiesel asal Indonesia.

"Mereka proteksi minyak nabati. Jadi mau ditambahkan (bea masuk) monggo, tinggal bagaimana kita bisa menciptakan demand (permintaan) domestik. Ini yang perlu disiapkan," katanya kepada Gatra.com, Jumat malam (26/7).

Menurutnya, upaya tersebut tidak terlepas dari biaya minyak kelapa sawit (CPO) yang lebih murah dibandingkan minyak nabati lainnya.

"Saya nggak mau berdebat masalah (proteksionisme Eropa) ini. Kalau mau retaliasi (dengan UE) menurut saya bukan win-win solution. Pasar Eropa memang penting, tapi kalau begini-begini saja, sampai kapan?" tuturnya.

Dono mengapreasiasi langkah pemerintah melaksanakan B20 (Biodiesel 20% CPO/Minyak kelapa sawit) yang telah menyerap 7 juta ton CPO atau setara dengan 7 juta kiloliter biodiesel.

Kewajiban B30 per 1 Januari 2020 akan meningkatkan serapan CPO sebanyak 3 juta ton, sehingga kebutuhan biodiesel menjadi 10 juta ton CPO atau setara dengan 10 juta kiloliter.

Dono mengatakan, CPO juga bisa diolah menjadi green fuel (bahan bakar hijau) dalam bentuk gasoline (bensin), solar, dan avtur. 
"Itu sudah ada teknologinya, pilot project (proyek percontohan) Pertamina," ujarnya.

Dono berharap kebijakan-kebijakan tersebut segera dilaksanakan untuk meningkatkan permintaan terhadap CPO. Kebijakan B30 dan green fuel akan mengurangi impor bahan bakar minyak.

"Ayo, kalau serius mengurangi defisit, tingkatkan ekspor atau kurangi impor. Ada pasar lain China. Ekspor biodiesel ke China cukup besar. Potensi China masih cukup besar. Ada potensi sekitar 9 juta kiloliter per tahun,” katanya.

Direktur Pengamanan Perdagangan, Kementerian Perdagangan, Pradnyawati menganggap tindakan Eropa merupakan upaya terstruktur, sistematif, dan masif dalam memperoteksi minyak sawit mereka.

"Kita digempur dari berbagai arah. Dumping, subsidi, dampak kesehatan, deforestasi, melanggar lingkungan, melanggar hak anak, semua dilakukan untuk menghambat sawit," katanya dalam konferensi pers pada Jumat (26/7).

439