Home Gaya Hidup Kisah Kelam Dunia Fashion yang Membunuh Manusia

Kisah Kelam Dunia Fashion yang Membunuh Manusia

Jakarta, Gatra com - Anda masih ingat kejadian runtuhnya Rana Plaza di Bangladesh pada 24 April 2013 dan menewaskan sedikitnya seribu lebih pekerja dan melukai lebih dari 2500 orang? Runtuhnya Rana Plaza bisa jadi adalah kejadian terburuk dalam sejarah fashion, karena di tempat itulah ribuan buruh garmen diduga dipekerjakan untuk dengan tidak manusiawi dan gaji yang rendah. 

Public Relations dan Project Manager Zero Waste Indonesia, Amanda Zahro Marsono mengatakan kejadian tersebut adalah bukti bahwa fashion membunuh manusia. Lanjutnya, korelasi dari hal tersebut adalah dimana pekerja pabrik garmen diupah dengan biaya minim dan masyarakat dengan suka hati membelinya dengan harga murah.

"Kejadian Rana Plaza adalah bukti bahwa fashion membunuh manusia dimana industri fashion memaksa buruh untuk bekerja maksimal dengan gaji minim di bawah tekanan mental serta fisik yang kuat namun ketika pakaian tersebut jadi, perusahaan justru menjualnya dengan harga murah," ujarnya seusai talkshow tentang Fashion dan Sustainable Travelling di DBS Bank Tower, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (27/7).

Berkaca dari kejadian tersebut, Amanda mengatakan begitu banyak kisah kelam dibalik pembuatan pakaian di pabrik. Ribuan pekerja dipaksa untuk memenuhi perintah pelaku industri pakaian sebanyak 100 buah namun dengan keadaan tidak baik seperti berdesak-desakan saat menjahit dan mungkin mengalami kekerasan fisik apabila ada kecacatan pada pakaian yang sudah jadi.

"Mereka (buruh pabrik) dipaksa untuk menjahit pakaian dengan keadaan berdesak-desakan lalu juga eksploitasi anak dimana mereka disuruh ikut bekerja. Tetapi mereka tidak diperlakukan dengan layak semisal gedung/tempat kerjanya yang jelek seperti di Bangladesh tersebut dan akhirnya runtuh akibat industri terlalu menekan biaya untuk pembuatan pakaian dan upah buruh, sementara fasilitas dan keselamatan pekerja diabaikan, " ujarnya.

Sementara di balik itu semua, Amanda mengatakan justru terkadang kita (konsumen) bangga ketika membeli pakaian dari industri tersebut dengan harga murah ataupun diskon. Oleh sebabnya, lanjutnya masyarakat harus sadar dalam memanfaatkan penggunaan pakaian dengan tidak membuang ataupun cepat mengganti pakaiannya apabila masih dalam keadaan untuk digunakan.

"Mungkin kita bisa dengan mudah berganti-ganti pakaian dan senang membelinya dengan harga murah. Tetapi di balik itu semua, buruh pabrik harus menjahit pakaian untuk memenuhi permintaan pakaian dan memperjuangkan hidupnya di bawah tekanan dan kondisi tidak layak," katanya.

173

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR