Home Ekonomi Tandingi Pamor Kopi, Teh Jabar Butuh Sentuhan Milenial

Tandingi Pamor Kopi, Teh Jabar Butuh Sentuhan Milenial

Bandung, Gatra.com - Sentuhan generasi milenial dinilai akan menjadikan komoditas teh di Jawa Barat (Jabar) tandingi pamor kopi yang telah diakui di level internasional. Terlebih lagi Jabar memiliki modal sebagai provinsi penghasil teh yang unggul dan berkualitas.

Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Jawa Barat, Dody Firman Nugraha mengatakan sebanyak 80 persen komoditas teh di Indonesia berasal dari Jawa Barat. Hanya saja penyajian teh saat ini hanya sebatas sajian minuman pelengkap semata.

Hal itu menurut Dody sangat berbeda dengan budaya minum kopi yang kini menjamur seiring banyaknya coffee shop di setiap sudut kota. Dimana di sana terdapat beragam menu yang menjadi daya tarik masyarakat yang mengonsumsinya.

"Bila bicara soal teh, padahal teh juga dapat kita olah sedemikian rupa seperti kopi, dengan sajian menarik dan bisa di nikmati semua kalangan. Generasi milienial yang paling bisa untuk melakukannya," ucap Dody kepada Gatra.com, Jumat (26/7)

Ia menjelaskan bahwa teh merupakan komoditas perkebunan di Jabar yang sangat melimpah. Berdasarkan data tahun 2017 luas perkebunan rakyat di Jabar mencapai 45.253 hektare. Sedangkan perkebunan besar negara (PBN) seluas 20.618 hektare dan perkebunan besar swasta (PBS) seluas 20.949 hektare. Sementara jumlah produksi teh pada 2018 lalu sebanyak 98.012 ton.

"Dengan demikian produksi teh di Jawa Barat cukup besar. Dan varietas teh di Jabar juga bermacam-macam," katanya.

Namun ia menyayangkan bahwa harga jual teh di level petani cenderung kurang baik yakni Rp2.500 per kilogram untuk teh basah dengan biaya produksi Rp600 per kilogram. Meski ada teh yang memiliki harga premium yaitu teh putih dengan pasokan yang relatif terbatas.

"Jadi tinggal memaksimalkan dalam pengolahan. Sehingga akan berdampak pada harga di level petani yang turut meningkat," ujarnya lagi.

Dodi berharap, kafe di Jabar pun menyajikan teh dalam menunya. Sehingga tidak melulu kopi yang ditawarkan kepada para konsumen. "Hal itu lah yang bisa meningkatkan kelas teh di kalangan masyarakat," imbuhnya.

Untuk mensosialisasikan program itu, Dinas Perkebunan menurutnya akan mengadakan festival teh yang digelar rutin setiap satu tahun sekali. Hal tersebut merujuk pada kesuksesan festival kopi Jawa Barat yang sudah berlangsung selama ini.

"Kami mencoba dengan festival teh besar dan akan menjadi agenda tahunan kami," pungkasnya.

Diketahui sebelumnya Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengenalkan teh Jawa Barat saat mengunjungi kantor salah satu produsen teh Inggris, Finlays, pada Selasa (23/7) lalu. Dalam kunjungannya itu, Emil -sapaan Ridwan Kamil- membawa berbagai produk teh PTPN VIII, salah satunya white tea termahal di dunia seharga US$60 per kilogram.

Namun ia menyebutkan bahwa teh Jawa Barat belum bisa memikat masyarakat Eropa, khususnya Inggris.

"Ternyata kenapa, karena katanya teh dari kita itu tidak pas saat dicampur susu. Habit mereka di sini kan, kalau minum teh pakai susu," ujar Emil.

Situasi tersebut, terang Emil, menjadi pekerjaan rumah bagi produsen teh Indonesia, khususnya Jawa Barat, agar bisa memasok kebutuhan teh Benua Biru, termasuk Inggris. 

465