Home Ekonomi Manufaktur Lemah, Indonesia Kehilangan Berkah Perang Dagang

Manufaktur Lemah, Indonesia Kehilangan Berkah Perang Dagang

 

Jakarta, Gatra.com - Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah Redjalam berpendapat, industri manufaktur yang lemah menyebabkan Indonesia kehilangan berkah perang dagang.

"Ekonomi kita mayoritas bersandar dengan komoditas, bukan manufaktur. Saat perang dagang, komoditas itu tak punya daya saing. Yang bisa memanfaatkannya adalah manufaktur yang memiliki daya saing," ungkapnya dalam acara Diskusi Core Midyear Review "Konsolidasi Domestik Pasca Pemilu di Tengah Tekanan Global" di Hongkong Cafe, Jakarta, Selasa (30/7).

Menurutnya, pemerintah saat ini belum fokus pada pengembangan infrastruktur. Selain itu, kurangnya koordinasi antarkementerian memperparah keadaan tersebut. Kemudian, Ia beranggapan struktur ekonomi Indonesia yang lemah di sektor manufaktur menyebabkan defisit transaksi berjalan cenderung tak teratasi.

"Kebijakan impor harusnya mendukung induatri," tegasnya.

Piter menyebutkan, industri tekstil, alas kaki, elektronik, dan furnitur berpeluang menjadi keunggulan Indonesia dalam menghadapi perang dagang. "Struktur demografi yang memungkinkan tenaga kerja berlimpah dan ketersedian bahan baku melimpah membuat daya saing [Indonesia] lebih tinggi," ujarnya.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal berpendapat, seharusnya perang dagang menjadi berkah untuk menggenjot ekspor Indonesia. "Kita belum bisa memanfaatkan dengan baik akibat berkurangnya export share ke Cina," tuturnya.

Faisal mencontohkan, Vietnam berhasil memanfaatkan perang dagang melalui industri furniturnya. Perang dagang berdampak pada kebijakan proteksionisme yang terjadi di berbagai negara. Ini semakin menghambat produk Indonesia bersaing di pasar Internasional. "Kenapa ekspor kita susah, karena belum ada reformasi struktural," ujarnya.

 

129