Jakarta, Gatra.com - Banyak anggapan yang menyebutkan bahwa perkembangan ekonomi Vietnam itu sangat pesat. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Hanoi, Vietnam juga mengakui hal tersebut bahwa perekonomian Vietnam di tengah dinamika global bisa dibilang menakjubkan.
"Singkat kata memang Vietnam ini dari berbagai indikator menunjukkan indeks yang impresif. Jadi memang tidak salah juga kalau ada komentar di Indonesia yang kaget dengan Vietnam," kata Duta Besar RI untuk Hanoi, Vietnam, Ibnu Hadi dalam konferensi video di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Kamis (1/7).
Dalam enam bulan terakhir (Januari-Juni 2019) nilai total perdagangan Vietnam ada di angka sekitar US$ 243 milyar, dengan pertumbuhan gross domestic products (GDP) 6,76%, dan nilai investasi langsung asing US$ 18,47 miliar. Ibnu berpendapat sampai akhir tahun 2019, nilai total perdagangan Vietnam bisa mencapai US$ 500 miliar.
"Jadi kalau dikatakan secara total trade Vietnam bisa melampaui Singapura, bukan lagi Indonesia, maka itu menurut saya masuk akal ya," tambah Ibnu.
Faktor yang menjadikan Vietnam seperti ini menurut Ibnu adalah selain dengan kebijakan ekonomi yang agresif, Vietnam juga didorong dengan beberapa perjanjian dagang (FTA) seperti dengan Uni Eropa pada Juni 2019. Dalam konteks perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) pun Ibnu berpendapat Vietnam bisa diuntungkan.
"Sebenarnya keuntungan ini sudah terjadi sebelum perang dagang menurut saya. Karena memang faktor China dimana cost of productionnya itu meningkat, sehingga banyak PMA (penanaman modal asing) dilakukan diluar China, sehingga alternatif dekatnya adalah Vietnam. Cuman sekarang karena adanya perang dagang ini jadi semakin terlihat," kata Ibnu.
Di akhir kata, Ibnu mengatakan bahwa Indonesia tidak boleh kalah, namun juga jangan menolak dari kemajuan Vietnam. Kalau memang ada kebijakan yang bagus, Ibnu merasa Indonesia bisa belajar dari situ.
