Home Ekonomi Fesyar Digelar Di Palembang, Ajang Edukasi Ekonomi Syariah

Fesyar Digelar Di Palembang, Ajang Edukasi Ekonomi Syariah

 

 

Palembang, Gatra.com – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumsel menjadi tuan rumah pada pergelaran Festival Ekonomi Syariah atau dikenal Fesyer tahun ini. Kegiatan yang berlangsung sejak 2 -4 Agustus ini diharapkan menjadi ajang edukasi ekonomi syariah bagi masyarakat luas.

Dalam prescone yang digelar 13 perwakilan BI di Pulau Sumatera, Kepala Perwakilan BI Sumsel, Yunita Resmi Sari mengatakan penduduk Indonesia mayoritas beragama islam merupakan potensi ekonomi yang besar dalam pembangunan. Karena itu, upaya mendorongnya menjadi kekuatan ekonomi dan contoh bagi ekonomi dunia terus diupayakan dengan salah satunya, menggelar fesyer yang menjadi ajang edukasi ekonomi syariah.

“Sebelumnya digelar di Lampung dan Medan, dan pada tahun ini digelar di Palembang. Selama tiga hari akan banyak kegiatan yang akan digelar, mulai  syariah fair yang diperkaya dengan produk-produk ekonomi syariah sekaligus pameran UMKM baik food, fashion dan wisata halal,” ungkapnya, Rabu (31/7).

Selain syariah fair juga akan digelar syariah forum yang membahas ekonomi syariah lebih mendalam. Hadir juga pada pergelaran tersebut, perbankan syariah, pihak OJK, pelaku UMKM, wirausahaan dan berbagai pihak yang berhubungan dengan ekonomi syariah se Pulau Sumatera. “Selain diskusi trend busana muslim, talkshow, juga akan digelar tablig akbar sekaligus menggalakkan gerakan sadar wakaf yang makin menyadarkan, jika dana wakaf sangat bermanfaat bagi pembangunan. Di puncak acara akan dihibur oleh band Wali yang merupakan alumnus para pesantren,” terang Ia.

Ketua Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Sumsel, Saekan Nur mengatakan kegiatan yang digelar oleh BI perwakilan Sumsel akan menjadi ajang edukasi kepada masyarakat. Pengenalan dan edukasi ekonomi syariah diharapkan mampu meningkatkan market share ekonomi syariah dewasa ini. Secara nasional, market share ekonomi syariah di Indonesia masih belum maksimal menyentuh 6%-7%, padahal targetnya bisa sampai 10%. “Selama dua tahun ke depan, keinginan kami, market share terus tumbuh mengingat potensinya yang besar. Ekonomi syariah ini mengajarkan keberkahan dan kejujuran dari sistem ekonomi yang menjadi pondasi berbangsa,” ungkapnya.

Masih belum meluasnya market share ekonomi syariah, dikatakan Saekan, juga disebabkan belum maksimalnya dukungan, termasuk dari pemerintah. Di negara Malaysia, ia mencontohkan, dukungan yang hadir malah lebih besar dari pemegang kebijakan. “Saat ini di Sumsel, ada 16 bank umum dan unit usaha perbankan syariah. Pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia, lebih cendrung dari bawah, dan kita perlukan bagaimana pertumbuhannya bisa dari atas (pemerintah),” ungkapnya.

Perwujudan dukungan juga bisa dilakukan dengan melibatkan bank dan unit usaha perbankan syariah pada  program ekonomi dana pemerintah, misalnya program-program pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Dikatakan Saekan, muara akhir dari industri syariah sebenarnya berada di pihaknya. Karena itu, dengan semakin meningkatnya pemahaman masyarakat luas, mengenai ekonomi syariah, baik yang menyasar bidang kuliner, wisata atau produk fashion, hendaknya berkontrubusi bagi pertumbuhan ekonomi daerah. “Keinginan kita, ekonomi syariah makin ditumbuh dan berkontribusi,”pungkasnya.

 

356