Home Kesehatan Diare dan ISPA Ancam Warga Gunungkidul di Puncak Kemarau

Diare dan ISPA Ancam Warga Gunungkidul di Puncak Kemarau

Gunungkidul, Gatra.com - Puncak musim kemarau diperkirakan mulai terjadi pada Agustus ini. Air bersih pun semakin sulit di Kabupaten Gunungkidul sehingga  penyakit diare berpotensi merebak. 
 
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Dewi Irawaty mengatakan, ketersediaan air di telaga-telaga yang semakin sedikit menyebabkan kualitas air menurun. "Dalam situasi seperti ini penyakit diare perlu diwaspadai," kata Dewi saat dihubungi, Kamis (1/8) petang. 
 
Penyakit infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA pun muncul. Hal ini karena debu beterbangan di siang hari dan cuaca dingin pada malam hari. Penderita penyakit asma juga akan mudah kambuh.
 
"Namun untuk saat ini belum ada penyakit yang menonjol. Mungkin juga karena masyarakat menyikapi dengan perilaku hidup bersih dan sehat," ucapnya. 
 
 
Pada musim kemarau, telaga-telaga di Gunungkidul dimanfaatkan oleh masyarakat baik untuk mandi, mencuci, maupun minum ternak. 
 
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Edi Basuki mengatakan, telaga memang masih menjadi andalan sumber air bagi masyarakat saat kemarau. 
 
"Tidak dikonsumsi, tapi untuk mencuci dan minum ternak supaya bisa mengurangi beban masyarakat membeli air bersih," ujarnya. 
 
Setiap musim kemarau, setidaknya 15 dari 18 kecamatan di Gunungkidul berpotensi mengalami kekurangan air bersih. Hingga kini sedikitnya 128 ribu jiwa telah mengalami. "Terus kami lakukan droping air bersih. Pihak swasta dan pemerintah kecamatan juga melakukan droping air bersih," katanya. 
 
 
Kepala Stasiun Klimatologi Mlati BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas mengatakan sedikitnya 60 hari mendatang beberapa kecamatan di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kekeringan meteorologis. Kondisi ini saat berkurangnya curah hujan dari keadaan normal dalam jangka waktu yang panjang. 
 
Di Gunungkidul, kekeringan meteorologis terjadi di Kecamatan Playen, Nglipar, Purwosari, Semanu, Wonosari, Tepus, dan Ponjong. Kondisi itu juga dialami di Tanjungsari, Karangmojo, Girisubo, Ngawen, Rongkop, Saptosari, Paliyan, dan Patuk. 
 
"DIY mengalami puncak kemarau diperkirakan pada Agustus ini," ucapnya.
300