Home Internasional Menlu Malaysia: ASEAN Prihatin Ada Kapal Perang di LCS

Menlu Malaysia: ASEAN Prihatin Ada Kapal Perang di LCS

Bangkok, Gatra.com - Negara-negara ASEAN telah menyatakan keprihatinan pada meningkatnya ketegangan yang disebabkan oleh kehadiran kapal perang di Laut Cina Selatan (LCS). Pernyataan itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Saifuddin Abdullah seperti dilansir Malay Mail, Sabtu (3/8).

“Kita harus mengurangi keberadaan kapal perang di perairan yang disengketakan untuk memastikan perdamaian dan stabilitas, keselamatan serta kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan,” kata Saifuddin.

Ia menyebutkan meningkatnya kepadatan lalu lintas pelayaran di LCS akan menimbulkan tantangan tersendiri. “Ini adalah jalan bebas hambatan tetapi ketika ada terlalu banyak, kami khawatir,” ujarnya dalam wawancara dengan Kantor Berita Bernama.

Saifuddin memimpin delegasi Malaysia dalam forum “ASEAN Foreign Minister’s Meeting/Post Ministerial Conferences and Related Meetings” (AMM/PMC ke-52) yang berakhir Sabtu lalu.

Dirinya mengatakan menteri luar negeri dari 10 anggota ASEAN sepakat akan pentingnya zona non-militerisasi di LCS.

Dalam pertemuan tersebut para menteri juga bertukar pandangan tentang LCS di berbagai platform selama AMM/PMC serta dalam Forum Regional Asean (ARF) dan KTT Asia Timur (EAS).

Ketegangan di LCS meningkat saat Cina melakukan uji coba penembakan rudal balistik anti-kapal di daerah perairan yang kaya sumber daya itu bulan lalu. Vietnam menuduh Cina melanggar kedaulatan dengan “mengganggu” kegiatan eksplorasi minyak dan gas lepas pantai.

Pada bulan Juni sebuah kapal penangkap ikan Filipina berlabuh di wilayah perairan yang disengketakan --diyakini menyimpan sejumlah besar minyak dan gas alam-- tenggelam setelah ditabrak oleh kapal Tiongkok.

Pada Rabu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan ASEAN dan Beijing telah menyelesaikan pembacaan pertama dari draft tunggal teks negosiasi untuk kode etik atau code of conduct (CoC).

Wang yang berada di Bangkok untuk AMM/PMC tahunan mengatakan pertemuan itu penting untuk membicarakan CoC dan berharap bisa menyelesaikan konsulasi terkait persoalan itu dalam waktu tiga tahun.

Saifuddin mengatakan kegiatan navigasi harus dikurangi di wilayah LCS. Ia menyebutkan pembahasan CoC tidak melulu di atas kertas tetapi semua pihak harus menghormati wilayah sengketa sebagai zona yang “netral” dan terhindar dari klaim apapun.

“Ketika kita membahas CoC, ada juga kegiatan lain yang terjadi di satu atau dua pulau (sengketa) di Laut Cina Selatan,” ujarnya.

Malaysia menurutnya telah mengedepankan kepentingan dan pandangan yang berkaitan dengan masalah regional dan internasional.

“Kami punya tujuan yang baik. ASEAN adalah platform penting untuk kita berbicara dan membahas perdamaian dunia dan perdagangan internasional, ”katanya.

Menteri Luar Negeri Malaysia itu diketahui juga mengadakan pertemuan bilateral dengan rekan-rekannya di sela pertemuan AMM / PMC ke-52 untuk membahas masalah hubungan bilateral, kerja sama regional, sengketa LCS, situasi di negara bagian Rakhine serta keamanan regional.

1241