Home Ekonomi Mendulang Devisa dari Ekspor Produk Pertanian

Mendulang Devisa dari Ekspor Produk Pertanian

Jakarta, Gatra.com - Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir, mengatakan, ekspor komoditas pertanian menjadi tumpuan negara dalam mendulang devisa. Salah satu andalannya adalah produk perkebunan.

Winarno dalam keterangan tertulis, Selasa (6/8), menyampaikan, selain produk perkebunan, saat ini sudah mulai bermunculan produk hortikultura, pangan, dan peternakan yang permintaannya terus meningkat di pasar dunia.

"Tidak hanya mendatangkan devisa, ekspor produk pertanian membawa banyak dampak positif lainnya seperti peningkatan produksi, mutu, stabilitas harga dalam negeri hingga menyejahterakan petani," kata Winarno.

Menurutnya, pemerintah terus menggenjot ekspor produk-produk tersebut dengan menaikkan kuantitas sekaligus juga menjaga dari sisi kualitas produk dan memangkas sistem perizinan ekspor sesingkat mungkin.

Winarno juga menyampaikan bahwa di samping mencatatkan peningkatan ekspor, produk pertanian Indonesia juga sukses besar dalam menekan angka impor.

Baca juga: Amran Lepas Ekspor Komoditas Pertanian Senilai Rp1,1 Triliun

"Kita dulu pernah melakukan impor untuk bawang merah, bahkan sekarang bisa membalikkan keadaan dengan peningkatan ekspor di tahun 2018 dan 2019 ini," katanya.

Lebih lanjut Winarno mengungkapkan, Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, yang dikenalnya sebagai pejuang yang berani menghadapi segala risikonya dalam melindungi petani, merupakan sosok paling tepat menjadi pemimpin di pertanian.

Winarno menambahkan, berbagai kebijakan dan program yang Amran lahirkan selama ini, sangat dirasakan manfaatnya oleh petani seluruh Indonesia.

Beberapa komoditas ekspor produk pertanian. (Dok. Kementan/re1)

"Coba kita perhatikan sekarang ekspor pertanian tumbuh begitu pesat, hampir setiap hari berita ekspor produk pertanian muncul. Selain itu, investasi dan kemudahan perizinan juga menjadi kebijakan Menteri Amran, sehingga memudahkan para eksportir melakukan kegiatannya," ujarnya.

Winarno mengharapkan, mudah-mudahan Amran kembali menjadi Menteri Pertanian periode berikutnya karena petani merasakan sekali adanya peningkatan di sektor pertanian. Dia juga sangat melindungi petani.

"Makanya saya menyebut Pak Amran ini, Menteri pejuang yang banyak melindungi petani, dengan segala risiko dan tentunya dari keberaniannya itu pertanian menjadi maju seperti sekarang ini," katanya.

Data statistik Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingginya ekspor produk pertanian juga berdampak positif pada naiknya Produk Domestik Bruto (PDB), dibandingkan dengan 2017, PDB sektor pertanian pada 2018 tumbuh sebesar 3,7%, dan mampu melebihi target yang ditetapkan sebesar 3,5%.

Sejak 2013-2018, PDB sektor pertanian secara konsisten menunjukkan tren positif. Berdasarkan harga konstan 2010 (BPS), pada 2013, PDB sektor pertanian sebesar Rp847,8 triliun dan terus meningkat masing-masing menjadi Rp880,4 triliun pada 2014, dan Rp 906,8 triliun pada 2015.

Pada 2016 dan 2017, PDB sektor pertanian kembali meningkat menjadi Rp936,4 triliun dan Rp969,8 triliun. Hal yang sama juga terjadi pada 2018, di mana PDB sektor pertanian meningkat menjadi Rp1.005,4 triliun.

Salah satu faktor yang mendongkrak peningkatan PDB pertanian Indonesia adalah meningkatnya ekspor. Pada kurun waktu yang sama, peningkatan ekspor diperkirakan mencapai 9-10 juta ton. Jika pada 2013 ekspor hanya mencapai 33 juta ton, maka pada 2018 ekspor pertanian mencapai 42 juta ton. Dari sisi nilai, ekspor juga meningkat pesat. Nilai ekspor 2018 mencapai Rp499,3 triliun, atau meningkat 29,7% dibandingkan 2015.

Baca juga: Peningkatan Ekspor Pertanian Bukti Kementan Efektif

"Ada peningkatan nilai ekspor sebesar Rp1.764 triliun pada kurun waktu 2015-2018," terang Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kementerian Pertanian (Kementan), Kuntoro Boga Andri.

Berdasarkan catatan BPS, Boga memaparkan neraca perdagangan hasil pertanian Indonesia pada 2018 mengalami surplus senilai US$10 miliar atau setara Rp139,6 triliun. Nilai ekspor sebesar US$29 miliar, sedangkan nilai impor hanya US$19 miliar.

Kementan telah menjalankan sejumlah langkah agar ekspor pertanian semakin meningkat. Salah satunya, ekspor tidak lagi harus melewati negara transit, tapi langsung ke negara tujuan. Langkah ini diambil sehingga pemasukan negara lebih besar dan petani pun bisa langsung merasakan keuntungannya.

"Kementan meningkatkan diplomasi dengan sejumlah negara sehingga proses perizinan ekspor secara langsung bisa lebih dipermudah. Negosiasi menjadi tahapan penting karena kepentingan negeri ini harus bisa terpenuhi," katanya.