Home Ekonomi Manufaktur Melambat, Menperin Harap Ada Pemulihan

Manufaktur Melambat, Menperin Harap Ada Pemulihan

 

Jakarta, Gatra.com - Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan (manufaktur) pada kuartal II 2019 hanya 3,54%. Lebih rendah dari kuartal I 2019 sebesar 3,86%. 

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada industri tekstil dan pakaian jadi sebesar 20,71%. Sementara itu pertumbuhan terendah terjadi pada industri karet, barang dari karet, dan plastik yakni sebesar -7,22%.

"Kalau pertumbuhan kan kemarin di kuartal pertama kita banyak agenda politik. Kuartal kedua transportasi itu kan dibatasi. Terutama terkait dengan bulan Ramadan," jelas Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto kepada awak media di kantornya, Jakarta, Selasa (7/8).

Sambungnya, Ia berharap adanya pemulihan industri manufaktur pada kuartal III mendatang. Airlangga mengungkapkan pemerintah berupaya memacu pertumbuhan infrastruktur melaui investasi dan negosiasi dagang.

"Salah satunya dari investasi. Investasi berkatian dengan kapasitas. Kedua yaitu dengan CEPA [Comprehensive Economic Partnership Agreement]," ujarnya.

Menurutnya, pengenaan bea masuk terhadap produk Indonesia turut menghambat pertumbuhan manufaktur. Ia mencontohkan, bea masuk alas kaki Indonesia ke Eropa sebesar 10%-20%, sedangkan negara lain yang memiliki perjanjian dagang dengan Eropa, produknya dikenakan bea masuk 0%.

"Ini trade negotiation harus lebih tinggi. Jadi, produk yang puya kemampuan kita punya daya tawar negosiasi yang lebih tinggi," tuturnya.

Selain itu, pihaknya juga menganggap perlambatan ekonomi global sebagai penyebab lambatnya pertumbuhan industri manufaktur. "Kontraksi dunia terjadi, tapi kita mengganjal dengan adanya domestic market," ujarnya.

 

105