Jakarta, Gatra.com - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad berharap Bank Indonesia (BI) dapat menurunkan kembali suku bunga acuannya tahun ini. Apalagi, hal ini juga sejalan dengan Bank Sentral Amerika Serikat,The Fed yang telah menurunkan suku bunga acuannya.
"Kelonggaran BI, harapan harus lebih tinggi. Jadi memang tidak ada alasan lagi BI mempertahankan 5,75%," kata Tauhid kepada wartawan di Jakarta, Rabu (7/8).
Ia berujar, kondisi ini dibutuhkan untuk menciptakan daya tarik investasi dan menggairahkan laju ekspor. Di samping itu, ia mempertanyakan, apakah secara otomatis, perbankan akan mengikuti langkah BI untuk menurunkan suku bunga.
"Problem-nya, apakah perbankan mau menurunkan suku bunga. Interest margin 4% sampai 4,5%. Pinjaman 12%-14%," ujarnya.
Memang, kata Tauhid, apabila BI melakukan pelonggaran, seharusnya bank juga menurunkan suku bunganya. Namun, menurutnya, bank membutuhkan waktu sekitar tiga hingga empat bulan untuk menurunkan net bunganya. Itu pun dengan syarat, inflasinya dapat terjaga.
"Bank akan turun ketika inflasi rendah. Kalau sekarang, diprediksi inflasi mendekati 3,5%. Ini ada masalah. Bank tidak akan menurunkan suku bunga,"katanya.
Menurut Tauhid, dibutuhkan kerja sama antara sektor fiskal dan moneter agar bank menurunkan suku bunga. Caranya dengan menjaga distribusi bahan pangan dan melakukan operasi pasar. Ini dilakukan karena bahan pangan masih menjadi komponen utama yang mempengaruhi inflasi.
"Ini sektor fiskal dan moneter kerja sama. Distribusi dan operasi pasar. Agar bank ada alasan menurunkan bunga," pungkasnya.