Home Gaya Hidup Museum Atsiri Pertama di Jateng Selatan Diresmikan

Museum Atsiri Pertama di Jateng Selatan Diresmikan

Banyumas, Gatra.com - Bupati Banyumas, Achmad Husein meresmikan Visitor Center Museum Atsiri di kawasan wisata Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin (12/8). Museum tersebut merupakan program corporate social responsbility (CSR) dari PT Indesso Aroma yang bertujuan untuk wisata edukasi. 

Husein mengatakan, museum atsiri pertama di Jawa Tengah bagian selatan ini akan memperkaya pilihan wisata edukasi di Banyumas. Pihaknya meminta instansi terkait untuk mendorong kalangan pelajar serta mahasiswa untuk mengunjungi museum tersebut. 

"Saya minta buat surat edaran untuk SMA dan SMP agar secara bergiliran datang ke Museum Atsiri. Mereka bisa belajar tentang pengolahan minyak atsiri dan berbagai macam produk turunannya. Jangan sampai setelah diresmikan tapi hanya sebagai hiasan, gunakan dengan sebaik mungkin untuk mengedukasi masyarakat," ujarnya, di sela-sela peresmian Visitor Center Museum Atsiri yang dibangun di kawasan pabrik pengolahan minyak atsiri PT Indesso Aroma, Baturraden, Banyumas, Senin (12/8).

Baca juga: Mengintip Museum Atsiri Pertama di Jateng Selatan

Menurut dia, Banyumas memiliki pabrik pengolahan minyak atsiri yang mampu mengekspor 3.000 ton per tahun. Namun, bahan bakunya justru sebagian besar berasal dari luar wilayah tersebut. 

Oleh sebab itu, Husein mengusulkan pengelola Museum Atsiri bekerja sama dengan akademisi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto untuk membentuk desa atsiri. Desa ini menjadi sentra petani atsiri yang akan memasok bahan baku untuk kalangan industri pengolahan minyak atsiri. 

"Ternyata bahan bakunya dari luar. Kenapa harus mengambil ke Makassar, Aceh. Setelah saya teliti, ternyata petani atsiri mitra pabrik dari Banyumas itu sedikit," katanya. 

Selain itu, menurut Husein, mutu tanamannya lebih rendah dibanding dari luar. "Semestinya Banyumas bisa membuat (perkebunan atsiri) sendiri untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Pabrik juga tidak perlu jauh-jauh ambil dari luar daerah," ujarnya.

Presiden Diretur PT Indesso Aroma, Robby Gunawan, mengatakan, museum tersebut dibangun untuk tujuan wisata edukasi. Pihaknya juga bekerja sama dengan akademisi serta pemerintah setempat untuk pengembangan dunia atsiri di Indonesia. 

"Kami ingin berkontribusi kepada masyarakat. Maka, kami mengembangkan Musuem Atsiri ini untuk kebutuhan wisata dan edukasi," ujarnya. 

Dia mengemukakan, museum yang merupakan program CSR  itu dapat dikunjungi secara gratis melalui pengajuan izin kunjungan wisata edukasi. Di kawasan seluas kurang lebih 2 hektare  itu, pengunjung dapat mempelajari  sejarah rempah-rempah Indonesia, pembuatan parfum, perisa makanan dan olahan lainnya. Sedangkan di bagian belakang pabrik terdapat lahan berisi tanaman yang digunakan sebagai bahan baku parfum dari berbagai belahan dunia. 

"Ada cengkeh, jahe, vanili, atsiri, akar wangi dan lainnya. Beberapa tanaman ada dari India dan Malaysia. Pengunjung juga bisa melihat koleksi tanaman, serta proses pemurnian bahan baku. Selain itu bisa mempelajari sejarah parfum di Indonesia sejak masa perdagangan rempah hingga masa modern," kata Robby.

Rektor Unsoed, Prof. Dr. Soewarto MS mengatakan, pihaknya memanfaatkan kesempatan tersebut untuk bekerja sama dengan pengelola museum. Terutama di bidang riset dan pengabdian masyarakat. "Nanti mahasiswa dari Prodi Kimia bisa belajar pembuatan parfum. Lalu, kami bersama dosen akan membantu mewujudkan desa atsiri," katanya.

991