Home Ekonomi Diplomasi Kopi Harumkan Kopi Nusantara

Diplomasi Kopi Harumkan Kopi Nusantara

Jakarta, GATRAreview.com - Tak dapat dimungkiri, kopi kini telah menjadi komoditas prioritas nasional. Posisinya sejajar dengan komoditas prioritas lainnya, seperti sawit, karet dan kakao. Dari sisi ekspor, kopi menjadi komoditas ekspor unggulan. Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan) pada triwulan IV tahun 2017, kopi memberikan sumbangan devisa negara sebesar US$ 1,19 milyar atau sekitar Rp 16,03 trilyun per tahun.

 

Tujuan ekspor didominasi oleh negara-negara pecinta kopi seperti Amerika Serikat, Jerman, Italia, Rusia, Mesir, Jepang, dan Malaysia. ''Volume ekspor mencapai 70% dari total produksi kopi kita,'' kata Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan), Bambang, kepada M. Egi Fadliansyah saat ditemui di Kantor Kementan, Jakarta Selatan, pertengahan Maret lalu.

 

Green Bean da Roasted  Bean

Bambang menjelaskan, biasanya negara tujuan ekspor menginginkan ekspor komoditas kopi dalam bentuk green bean (biji kopi mentah). Proses selanjutnya yaitu roasting atau sangrai biji kopi akan disesuaikan dengan selera pasar di negara bersangkutan. Sedangkan roasted bean dan kopi dalam bentuk bubuk lebih banyak diserap oleh pasar dalam negeri. Tentu roasted bean dan bubuk kopi dengan kualitas tinggilah yang paling banyak dicari. ''Kosumen dalam negeri sudah mulai meningkat preferensinya terhadap kualitas kopi,'' kata Bambang.

 

Sertifikat Indikasi Geografis

Indonesia memiliki banyak daerah yang menjadi sentra kopi, seperti Gayo di Aceh dan Kintamani di Bali. Agar kopi menjadi komoditas prioritas di setiap daerah, lanjut Bambang, pemerintah mendorong masing-masing daerah untuk memiliki sertifikat Indikasi Geografis (IG). Yakni, penanda daerah asal suatu barang atau produk yang mencirikan kualitas dan karakteristik tertentu. ''Sehingga kelebihan kopi Nusantara dibandingkan dengan negara lain adalah pada karakteristiknya,'' tukas Bambang.

 

Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM, Freddy Haris, mengungkapkan bahwa sampai saat ini total produk kopi yang sudah memiliki IG sebanyak 22 produk. Di antaranya, kopi arabika Kintamani Bali, kopi arabika Flores Bajawa dan kopi arabika Java Preanger. Pengajuan permohonan IG cukup rumit dan persyaratan yang harus dipenuhi sangat banyak. Tujuannya agar lebih selektif dalam mengeluarkan sertifikat IG. ''Karena begitunya rumit, tebalnya persyaratan ibarat ujian tesis pascasarjana,'' kata Freddy kepada Dara Purnama dari GATRA.

 

Promosi Hingga Ke Mancanegara

Promosi kopi Nusantara sebagai komoditas prioritas juga dilakukan pihak Kementerian Perdagangan (Kemendag). ''Berbagai kegiatan [promosi] dilakukan Kemendag yang diinisiasi bersama produsen, asosiasi kopi, praktisi kopi, kalangan swasta, dan instansi terkait,'' kata Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional, Kemendag, Arlinda, kepada Aulia Putri Pandamsari dari GATRA. Di antaranya, pada 13-17 November 2017 lalu, Kemendag bekerja sama dengan Trade and Private Sector Assistance (TPSA) Kanada memfasilitasi pertemuan bisnis para pengusaha kopi Gayo dari Indonesia dengan perusahaan Kanada.

 

Kegiatan tersebut dikemas dalam format buying mission yang berlangsung pada 13-17 November 2017 di Takengon, Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Selama di Takengon, kelima buyer mengunjungi lima produsen kopi Gayo. Kelima produsen tersebut adalah PT Meukat Komoditi Gayo, PT Orang Utan Lestari, Koperasi Redelong Organic, Koperasi Kopi Wanita Gayo (Kokowa Gayo), dan Koperasi Arinagata. ''Para buyer mencicipi kopi (coffee cupping) produksi para produsen yang dikunjungi,'' ujar Arlinda. Coffee cupping ini dilaksanakan dalam acara khusus di Gedung Pasar Lelang, Takengon.

 

Karakteristik Kopi Yang Unik

Selain memiliki varietas yang sangat banyak, kopi Indonesia juga dikenal memiliki karakteristik cita rasa kopi yang unik. Untuk memperkenalkan keunikan cita rasa kopi Nusantara hingga ke mancanegara, pada 2017 lalu, Kemendag telah berpartisipasi pada empat pameran kopi internasional. Yaitu, Seoul Coffee Expo di Seoul Korea Selatan, World of Coffee di Budapest, Hungaria, Specialty Coffee Association di Jepang, dan Cafe Show di Korea Selatan. "Kopi yang ditampilkan harus memenuhi standar specialty coffee yang telah ditetapkan oleh SCAA (Specialty Coffee Association of America), karena hal ini menyangkut reputasi kopi Indonesia,'' kata Arlinda.

 

Keikutsertaan Indonesia di empat pameran itu menghasilkan total transaksi sebesar US$ 9.370.944. Selain itu, pada Trade Expo Indonesia 2017 dilakukan penandatanganan kontrak pembelian kopi Indonesia senilai US$ 30 juta oleh importir kopi asal Mesir. Dan pembelian lanjutan sebesar US$ 7 juta pada misi dagang Mesir 2017 lalu. ''Kemendag membawa nama Indonesia sebagai penghasil kopi terbaik di berbagai ajang promosi global,'' Arlinda menerangkan.

 

Diplomasi Kopi

Selain Kemendag, yang juga gencar mempromosikan kopi Nusantara ke mancanegara adalah Kementerian Luar Negeri. Direktur Diplomasi Publik Kemenlu Aziz Nurwahyudi, mengungkapkan bahwa untuk diplomasi kopi, Kemenlu melakukan berbagai kegiatan. Di antaranya, mendukung Indonesia Expo yang diadakan di Kedutaan Besar RI (KBRI) Kairo pada September lalu. Juga membiayai pemgiriman Blanco Coffee untuk pameran di Mall of Arabia dan Business Matching. ''Kegiatan ini menghasilkan kesepakatan bisnis, pengiriman kopi ke Mesir senilai US$ 1 juta,'' Aziz menerangkan.

 

Diplomasi kopi juga dilakukan dengan cara menggelar pameran kopi di sejumlah KBRI, seperti di KBRI Den Hag, Belanda, dan KBRI Zagreb, Kroasia. Dari kegiatan tersebut, lahir kesepakatan bisnis perdagangan kopi Nusantara. Ada juga kegiatan pemutaran film tentang kopi Nusantara dan coffee cupping. ''Sehingga pengunjung yang datang ke KBRI dapat merasakan cita rasa kopi Nusantara,'' ujar Aziz.

= = =

Editor : Sujud Dwi Pratisto

2087