Home Politik Legislator Baru Berpeluang Ubah Wajah Parlemen

Legislator Baru Berpeluang Ubah Wajah Parlemen

 

Mataram, Gatra. com - Pendatang baru Legislator terpilih di NTB periode 2019 - 2024 berpeluang mengubah tampilan parlemen maupun image negatif masyarakat terkait sepak terjang Anggota DPRD yang kerap tidak aspiratif terhadap konstituennya.

Kepada Gatra. com, Rabu (14/8) di Mataram, Direktur Lembaga Kajian Sosial dan Politik M16 Mataram, Bambang Mei Finarwanto mengatakan, hasil Pileg 2019 telah memberikan kesempatan bagi para pendatang baru legislatif terpilih. Mereka kreatif dalam menawarkan aneka gagasan dan terobosan kepada konstituennya selama masa kampanye.

Didu panggilan akrabnya. beranggapan Pileg 2019 terbukti menjadi titik balik dan momentum bagi para pendatang baru yang terpilih di kursi parlemen. Ini lantaran banyak pertahana yang dijauhi pemilihnya karena kurang mendapatkan simpati dari loyalis pemilihnya .

"Secara garis besar, Pileg 2019 membuktikan masyarakat di seluruh kabupaten dan kota di NTB menginginkan ada pembaharuan dan perubahan. Tidak menginginkan incumbent sebagai wakilnya lagi di parlemen ," ujar Didu.

M16 melihat, adanya kecenderungan masyarakat NTB yang lebih menginginkan perubahan. Didu mengambil contoh, pasangan Zulkieflimansyah dan Sitti Rohmi Djalilah yang awalnya tidak diunggulkan sebagai pendatang baru, justru keluar sebagai pemenang. Padahal, pasangan yang diusung PKS dan Partai Demokrat itu bersaing dengan sejumlah nama yang lebih populer.

Menurutnya, tren perubahan semakin mengemuka tatkala pemilihan legislatif di tingkat DPRD Provinsi NTB, DPRD kabupaten/kota, DPR RI, hingga DPD RI memunculkan beberapa nama baru sebagai pemenang.

"Trennya di NTB dalam beberapa tahun terakhir seperti itu. Banyak pendatang baru yang justru sukses memikat hati masyarakat," kata Didu.

Didu menilai, tren kesuksesan para pendatang baru dalam pileg 2019, karena petahana cenderung menganggap remeh kehadiran para pendatang baru. Dalam pandangannya, pendatang baru mampu mengubah kekurangan menjadi kelebihan. Hal ini yang tidak dimiliki para incumbent yang kerap terbelenggu oleh zona nyaman.

"Para pendatang baru paham, dirinya tidak sepopuler petahanan. Makanya dia maksimal turun ke lapangan, [kemudian] menyerap aspirasi dan keinginan masyarakat," ucap Didu.

Selain itu, keberhasilan para pendatang baru dalam pileg 2019 dipicu oleh sikap nothing to lose, sehingga tidak begitu peduli tentang hasil akhir, melainkan berusaha semaksimal mungkin. Selain faktor lainnya, yakni menggunakan strategi agar tepat sasaran dalam meraih persepsi votters.

Didu mengatakan, rata-rata para pendatang baru yang sukses dalam Pileg 2019 bermain pada ranah yang kerap diabaikan oleh para incumbent. Salah satunya mengabaikan media sosial dan terobosan kampanye yang unik, kreatif serta menggunakan pola partisipatif.

"Dengan menggunakan pola-pola tersebut, masyarakat lebih merasa dilibatkan. Sudah tidak zamannya lagi kampanye dengan model konvensional. Sudah ketinggalan zaman," ucap Didu.

 

113