Home Ekonomi Kopi Luwak Indonesia Mendunia

Kopi Luwak Indonesia Mendunia

 

Jakarta, GATRAreview.com – Kopi termasuk kelompok tanaman semak belukar dengan genius Coffea. Di Indonesia, pada umumnya, topografi perkebunan kopi berada di dataran tinggi, setidaknya 500 meter di atas permukaan lalu (mdpl). Semakin tinggi lokasi lahan perkebunan, cita rasa kopinya kian bagus. Misalnya saja,untuk kopi jenis robusta yang aromanya special, biasanya dipetik dari perkebunan kopi yang ada di ketinggian 500 hingga 700 mdpl. Sedangkan untuk memperoleh kopi jenis arabika dengan aroma terbaik, lokasinya lebih tinggi lagi, yakni di atas 1.000 mdpl.

 

 

Indonesia memiliki lahan perkebunan kopi yang luas. Sebarannyapun merata. Hampir disetiap provinsi da perkebunan kopi. Saat ini luas areal pengembangan kopi di Nusantara mencapai 1,25 juta hektare dengan produksi per tahun sekitar 663.871 ton.

 

Ada tiga jenis kopi yang paling banyak dibudidayakan, yaitu kopi arabika (coffea arabica), kopi robusta (coffea canephora) dan kopi liberika (coffea liberica). ''Kopi robusta sekitar 73%, kopi arabika 27%, kopi liberika kurang dari 1%,'' kata Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Bambang, kepada M. Egi Fadliansyah, dari GATRA di kantor Kementan, Jakarta Selatan, pertengahan Maret lalu.

 

 

Dengan areal seluas 1,2 juta hektare, lanjut Bambang, maka per tahun produktivitasnya sekitar 714 kg per hektare. Akan tetapi, kondisi tersebut masih jauh lebih rendah dari potensi produksi yang seharusnya yaitu 2,5 hingga empat ton per hektar. Belum optimalnya hasil produksi, karena mayoritas pengelolaan kebun kopi masih dilakukan oleh rakyat.

 

 

Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan), hampir 96% perkebunan kopi dikelola dan diusahakan oleh petani atau perkebunan rakyat. Adapun sisanya dikelola perkebunan swasta dan Badan Usaha Milik Negara, yakni PT Perkebunan Nusantara (PTPN). Masing-masing sekitar 2% . ''Hasil perkebunan kopi yang dikelola rakyat, kuantitas produksi dan kualitas kopinya masih jauh dari target,'' kata Bambang.

 

Namun, petani kopi kerap didera berbegarai kendala. Menurut Bambang, kendala yang sering ditemui para petani kopi adalah kendala dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas produk kopinya. Antara lain karena tanaman berusia tua, rusak dan tidak produktif. Faktor lain adalah keterbatasan penggunaan benih unggul, sehingga populasi tanaman per hektare belum memenuhi standar good agriculture practices (GAP) on coffe atau perdoman teknis budi daya tananam kopi yang baik.

 

Juga disebabkan serangan hama dan kurang intensifnya pemeliharaan tanaman.

 

Dukungan inovasi dan teknologi budi daya kopi untuk petani juga masih minim. Sarana dan prasarana yang terbatas, plus adanya anomali iklim seperti cuaca ekstrem yang diakibatkan El Nino dan La Nina pun menjadi tantangan bagi para petani.

 

Kendala berikutnya berupa ketatnya persaingan komoditas kopi di pasar internasional. Ketika akan melakukan ekspor, kopi Indonesia sering kali 'dijegal' para pesaing dengan berbagai cara. ''Mulai dari isu belum ada standardisasi mutu atau sertifikasi, isu lingkungan, isu HAM hingga isu kesehatan,'' kata Bambang.

 

Pemerintah, ungkap Bambang, menerapkan berbagai strategi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi kopi. Yakni dengan pengembangan komoditas perkebunan berkelanjutan yang berbasis kawasan. Peningkatan produksi dan produktivitas, peremajaan tanaman kopi yang sudah tua atau tidak produktif, penambahan areal baru melalui perluasan lahan, pengutuhan populasi atau optimalisasi tanaman produktif melalui rehabilitasi.

 

Lalu, akselerasi peningkatan produksi dan produktivitas melalui intensifikasi, penerapan teknologi budi daya, peningkatan nilai tambah atau daya saing melalui penanaman tanaman sela atau tumpang sari dengan tanaman pangan atau tanaman produktif yang lain, integrasi tanaman dengan ternak, pengembangan agrowisata berbasis komoditas perkebunan, perbaikan panen dan pascapanen, pemanfaatan teknologi pascapanen, diversifikasi produk. ''Kita juga lakukan pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha,'' kata Bambang.

 

Selain terkait persoalan budidaya, lanjut Bambang, pemerintah juga memberikan solusi atas kendala yang dihadapi petani kopi yang terkait dengan persoalan pascapanen. Proses pasca panen memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas kopi. Dengan penanganan tepat akan dihasilkan kualitas dan varian kopi dengan cita rasa premium. ''Berbagai varian cita rasa yang dihasilkan dari variasi penanganan pascapanen biji kopi ini, antara lain wine coffee (kopi dengan cita rasa anggur),'' tukas Bambang.

= = =

Editor : Sujud Dwi Pratisto

 

 

 

 

 

 

 

1713