Home Teknologi Menkominfo: Inggris dan Kanada Puji Pembatasan Internet Kami

Menkominfo: Inggris dan Kanada Puji Pembatasan Internet Kami

Sleman, Gatra.com – Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan Inggris dan Kanada memuji langkah Indonesia membatasi akses internet demi keamanan nasional menjelang pengumuman hasil pemilihan presiden 22-23 Mei lalu.

“Di forum ‘Freedom of Media’ beberapa waktu lalu, Inggris dan Kanada memuji dan ingin meniru kebijakan pembatasan internet Mei lalu,” ujarnya di Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, DIY, Kamis (14/8).

Menkominfo hadir di UGM sebagai pembicara utama di acara aubade Pancasila menyambut Kongres Pancasila ke-11 dengan pidaton berjudul ‘Berita Bohong (Hoaks) Merusak Kesatuan Bangsa’.

Kebijakan pembatasan ini dinilai menyeimbangkan prinsip kebebasan berekspresi dengan kepentingan keamanan negara akibat dampak negatif berita bohong yang bertebaran melalui media sosial.

Baca Juga: Hingga Juni 2019, Pengguna Internet Indonesia 171 Juta

Menkominfo menceritakan, menjelang pengumuman hasil pilpres, timnya menemukan 400 hoaks per hari yang disebar melalui 600 akun dan grup di media sosial. Hoaks itu umumnya berupa foto dan video yang isinya menghasut dan mengadu domba antara polisi dan TNI.

“Saat itu pembatasan internet kami lakukan untuk mencegah penyebaran gambar dan video, sedangkan untuk tulisan maupun email tidak dilakukan pembatasan,” lanjutnya.

Menurutnya, pembatasan pada video dan foto ini karena mudah menyulut emosi individu. Keda format itu berbeda dengan tulisan. Meskipun beberapa orang sempat ikut menyebar, sebaran tulisan hoaks lebih lamban sebab penerimanya harus mencerna dulu sebelum disebar lagi.

Baca Juga: Deklarasi Melawan Hoaks dari Warganet Yogyakarta

Rudiantara menilai, langkah pembatasan ini masih relevan dibanding upaya 13-14 negara menutup jaringan saat ada ancaman keamanan negara. Di negara-negara itu, pilihannya bukan lagi pembatasan, tapi dibuka atau ditutup.

“Ke depan, untuk mengurangi kecepatan jempol kita dibandingkan otak, literasi digital harus terus digalakkan. Saat ini ada sekitar 100 organisasi yang menggalakkan literasi media di semua lini,” ucapnya.

Menurut dia, literasi digital penting mengingat saat ini seseorang bisa bersifat layaknya Tuhan di depan ponselnya. Mereka lebih berani mencaci, mencemarkan nama baik seseorang, dan menyebarkan berita bohong dibanding di dunia nyata karena tak ada koridor yang membatasi di dunia maya.

Rudiantara menyatakan, gerakan literasi juga untuk mendidik masyarakat bahwa di balik penyebaran hoaks ada kerugian biaya melalui sebaran data.

 

160