Home Gaya Hidup Situs Kapal Zabag Diduga Kapal Tertua di Asia Tenggara

Situs Kapal Zabag Diduga Kapal Tertua di Asia Tenggara

Jambi, Gatra.com – Arkeolog dari Universitas Indonesia, Ali Akbar menduga situs perahu kuno atau Kapal Zabag yang ditemukan di Desa Lambur I, Kecamatan Muara Sabak Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Jabung Timur merupakan galangan kapal tertua di Asia Tenggara.

“Di situs ini (Kapal Zabag) banyak hal menarik. Ada hal-hal yang belum ditemukan di Nusantara dan Asia Tenggara sejauh pengetahuan saya,” kata Ali Akbar lewat rilis pers yang diterima Gatra.com, Sabtu (24/8).

Ali Akbar memimpin ekskavasi Kapal Zabag diminta oleh Bupati Tanjung Jabung Timur, Romi Hariyanto membantu pemerintah setempat menguak misteri situs-situs kuno Sabak. Diawali dengan ekskavasi Kapal Zabag.

Ali Akbar beserta tim ahli lainnya melakukan penelitian di situs Kapal Zabag. Observasi awal dimulai sejak April 2018. Pada 7 Agustus 2019, ekskavasi mulai dilakukan. Hingga kini proses ekskavasi sudah mencapai hampir 35 persen. Sebagian bentuk fisik kapal kuno sudah terlihat. Papan-papan kapal, pasak kayu, tali ijuk, gading dan gerabah tanah ditemukan di lokasi situs.

Sejak tahun 1997 situs ini sudah dinyatakan sebagai peninggalan arkeologi yang penting. Karena kondisinya cukup rapuh, maka situs ditutup kembali. Menurut Ali, hasil sementara ekskavasi di sisi utara ditemukan ada tujuh papan. Menariknya papan-papan itu disambung dengan pasak kayu dan diikat dengen ijuk (tali) berwarna hitam. Bentuk yang sama juga ditemukan di sebelahnya.

“Teknik ini (pasak kayu dan tali ijuk) dikenal sebagai teknik Asia Tenggara. Bangsa-bangsa Asia Tenggara dan Nusantara sudah membuat kapal dengan teknik ini di abad ke-3. Salah satu contoh temuan di Palembang, Rembang dan Cirebon. Ada juga temuan kapal kuno di Ponti, Malaysia sudah menggunakan teknik ini. Begitu juga di Filipina abad 13-14 Masehi,” kata Ali Akbar.

Dia menceritakan, temuan kapal karam di dasar laut Cirebon diperkirakan abad ke-10 menggunakan teknik yang sama. Sama juga seperti di Rembang kapal abad ke 8 menggunakan teknik yang sama. Namun untuk Kapal Zabag, Abe—sapaan akrab Ali Akbar—belum bisa memastikan usianya.

“Kita belum tahu usianya berapa, tetapi sampel kayunya sudah kita bawa ke Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). Kira-kira (Kapal Zabag) rentan waktunya diperkirakan abad ke-3 sampai 14 Masehi,” kata Abe.

Soal ukuran, Abe memperkirakan lebarnya mencapai 5.5 meter. Dilihat dari ukurannya tidak masuk kategori perahu, tetapi kapal. Bahkan kapal besar. Pendapat ini pun diperkuat oleh Prof Chiara Nazarro, Arkeolog Maritim dari Italia. Dia menduga Kapal Zabag ini adalah kapal besar.

Abe mengatakan dilihat dari kayu dan ketebalan papan, Kapal Zabag berukuran besar. Lebih besar dari Kapal Pinisi. Chiara mengungkap teknologi kapalnya hampir sama seperti Pinisi. Chiara mengaku sangat tertarik dengan situs Kapal Zabag ini. “Saya sangat tertarik untuk menelitinya lebih dalam,” kata Chiara.

Saking tertariknya Chiara datang sendiri ke Lambur, Tanjung Jabung Timur tanpa diundang oleh Pemkab Tanjung Jabung Timur. Chiara saat ini sedang melakukan penelitian Kapal Pinisi bersama Ali Akbar. Mendapat kabar tentang Kapal Zabag dari Ali Akbar, dia langsung mengunjungi Lambur sekaligus berwisata.

Profesor Arkeologi dari Universitas Naple L’Orientale ini membandingkan dengan kapal-kapal tradisional kuno hasil penelitiannya di Mesir dan Afrika. “Ini kapal besar. Unik dan ada hal yang sangar menarik,” katanya.

Menurut Abe, bentuk fisik yang tampak saat ini diperkirakan adalah geladak kapal, haluan dan buritan. Kata dia dia, di sekitar lokasi sebelah timur ada lagi seperti ujung perahu. Jaraknya sekitar 24 meter. “Tetapi terlalu besar untuk ukuran perahu jaman dulu. Ada kemungkinan bukan satu perahu yang sama. Ada lebih dari satu,” katanya.

Hingga kini, tunas kapal belum ditemukan. Hanya perkiraan dak kapal. Namun tidak ditemukan kulitnya (kulit dak). “Justru yang ditemukan kayu besar melintang. Bentuknya beda semua dengan teknologi perkapalan yang kita kenal. Biasanya di dekat kapat ditemukan macam-macam benda. Ini kosong. Kita menemukan pecahan-pecahan tembikar yang cukup tua, pecahan keramik,” ia menjelaskan.

Posisi kapal ini menurut Abe bukan karam, tetapi sedang parkir dan diperbaiki. “Kalau kapal karam biasanya bawa muatan banyak. Gading-gadingnya ditemukan jauh, sementara tunas belum ditemukan. Papannya besar-besar dan tebal-tebal semua ketika dirangkai bisa menjadi kapal yang besar sekali. Papan-papan tebal ini yang jarang kita temukan dalam situs-situs lain. Di sekitar lokasi juga ditemukan lima papan terpisah, tetapi tersambung cukup baik,” kata Abe.

Abe menduga, lokasi situs adalah galangan kapal tertua di Asia Tenggara. Bukti-bukti sementara adalah posisi kapal yang terparkir. Ada kayu bulat yang berada di bawah geladak. Beberapa bagian juga terpisah, seperti posisi gadingnya juga terpisah.

“Untuk sementara ini (Situs Kapal Zabag) adalah tempat pembuatan atau perbaikan kapal. Sejauh pengetahuan saya, di Nusantara belum pernah ditemukan galangan kapal kuno. Hanya baru di Sabak ini,” ucapnya.

Dia juga menduga, kapal-kapal tua yang ditemukan di Malaysia, Pilipina, Palembang, Rembang dan Cirebon diproduksi di Sabak. “Ini sifatnya masih sementara. Nanti pasti ada perkembangan-perkembangan lain,” katanya lagi.

1995