Home Ekonomi Akademisi IPB Tawarkan Konsep Swasembada Cerdas

Akademisi IPB Tawarkan Konsep Swasembada Cerdas

Jakarta, Gatra.com - Dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB), Bayu Khrisnamurthi, menawarkan konsep swasembada cerdas sebagai solusi pemenuhan kebutuhan pangan di Indonesia.

Dalam konsep ini, impor pangan dapat dilakukan selama dibeli dari perusahaan atau pelaku usaha Indonesia di luar negeri. Perusahaam tersebut dapat seluruh maupun sebagian sahamnya dimiliki oleh orang Indonesia.

Baca juga: Mengenang Jejak Swasembada Pangan RI di Museum Tani Bantul

"Bagaimana kalau misalkan kita mengimpor dari Birma [Myanmar] tapi itu punya kita? Mengapa kita tidak mengakuisisi beras di Vietnam, sehingga kita jadi pemain terbesar?" ungkapnya dalam acara Food Security Forum di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Rabu (28/8).

Bayu beranggapan peningkatan produktivitas padi yang rata-rata sebesar 5-6 ton sudah sulit dilakukan.

Menurutnya, harus intensifikasi yang besar seperti pemupukan, varietas unggul, dan peningkatan indeks pertanaman untuk meningkatakan produksi padi. Di sisi lain, produktivitas padi di luar Jawa sampai saat ini tidak setinggi di Pulau Jawa.

"Yang jelas kita akan punya kesempatan menjaga tanah dan air dengan lebih baik karena betul-betul Jawa yang diusahaka menjadi lumbung pangan sudah stress," ungkapnya.

Bayu berpendapat, konsep tersebut tidak akan membebani keuangan negara. "Tidak masalah, kan itu perusahaan kita juga. Akan berubah dari GDP [Produk Domestik Bruto] ke GNP [Produk Nasional Bruto] produk nasional yang di luar negeri," ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Burhanuddin, menyarankan, konsep kluster apabila ingin mengembangkan usaha pertanaman padi dan beras. Ia berpendapat luas lahan minimal untuk memenuhi skala ekonomi sebesar 300 hektare (ha).

Baca juga: Balitbangtan Kerahkan Inovasi untuk Capai Swasembada Pangan

"Saya ketemu orang Kamboja dan menanam padi di situ. Dia di sana seharusnya dijual ke Indonesia. Kadang-kadang, orang Indonesia jual beras ada aturannya," ungkap Burhanuddin.

Namun, Burhanuddin beranggapan masih banyak lahan yang tersedia di luar Pulau Jawa untuk budidaya padi. Ia mencontohkan pengembangan budidaya padi lebak yang dapat dilakukan saat musim kemarau dan ketika air surut sehingga bisa panen di musim tersebut.

115