Jakarta, Gatra.com - Pertamina melakukan transformasi digital demi mengikuti perkembangan zaman yang serba-digital. Perusahaan-perusahaan migas lainnya, seperti Chevron dan Repsol  telah menerapkan digitalisasi pada sistem.

 

"Perusahaan telah mulai melakukan berbagai langkah digitalisasi untuk mengikuti perkembangan zaman yang saat ini serbadigital. Misalnya dengan menggunakan aplikasi untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan," kata Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, saat ditemui di acara Digital Expo 2019, di Kantor Pusat Pertamina, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (29/8).

 

Sistem digital, kata Nicke, juga diterapkan  pada kilang minyak, yang dalam hal ini dilakukan dengan sistem manajemen proyek terintegrasi. Untuk memaksimalkan sistem digital, saat ini Pertamina  mengembangkan lagi kilang-kilang lama dan membangun kilang-kilang baru. 

 

"Kalau soal kilang, itu bagaimana kami operasikan, dan menjamin pasokan maka kilang tidak boleh unplanned shutdown. Maka, predictive maintanence lakukan secara digital," katanya..

 

Menambahi pernyataan Nicke, Direktur Hulu Pertamina, Dharmawan H. Samsu, mengemukakan, sebelum sistem digital diterapkan di Pertamina mulai kwartal I tahun 2019,  tantangannya  adalah lalu lintas migas di sektor hulu. Yaitu bagaimana Pertamina yang biasa mengoperasikan sumur  yang berusia lebih dari 50 tahun, sementara mereka juga masih harus mencari sumber-sumber migas baru. 

 

"Sumur yang kita kelola itu ada ribuan. Kalau tidak dikelola secara digital ya, susah. Seperti sebelumnya, kita minta data dari sumur-sumur yang ada,  hasilnya baru dikasih dua hari kemudin," tutur Dharmawan.

 

Selain di sektor hulu, sistem digitalisasi mulai diterapkan pula pada infrastruktur, seperti  di SPBU dan Nooozle. Hal ini membantu untuk memantau serta mengevaluasi pergerakan BBM.