Home Internasional Resesi di Argentina Mulai Dirasakan Warganya

Resesi di Argentina Mulai Dirasakan Warganya

Jakarta, Gatra.com - Dampak resesi ekonomi mulai dirasakan di Amerika Selatan. Seperti yang terjadi di Buenos Aires, Ibukota Argentina, masyarakat mengantre di depan Bank yang masih tutup, untuk menarik tabungannya di Bank, Senin Senin, waktu setempat, (2/9). Situasi ini terjadi, karena Pemerintah Argentina memberlakukan kontrol modal yang membatasi pembelian dan transfer dolar.

"Ini adalah saat ketika kita mendapatkan banyak kejutan. Besok kita mungkin bangun dan melihat bahwa semuanya telah berubah. Aku lebih suka berhati-hati, agar tidak menyesalinya nanti,” kata seorang mahasiswa dan pekerja paruh waktu Catalina Pedace, 25 tahun, saat menunggu antrean di luar sebuah bank, di pusat kota Buenos Aires dilaporkan Reuters, Selasa (3/9).

Pada krisis tahun 1989-1990 dan 2001-2002, banyak warga Argentina yang tidak bisa mengambil uangnya di Bank, karena otoritas setempat memblokir penarikan uang nasabah atau biasa disebut "corralitos," sebuah istilah lokal yang mengacu pada bank yang membatasi penarikan. 

Pada krisis 2001-2002, kerusuhan pecah, supermarket dijarah dan deposan yang marah merusak ATM bank.

Meski krisis ekonomi saat ini belum memicu pembangkangan sipil, namun suasana semakin memburuk setelah pemilihan utama 11 Agustus, ketika kandidat oposisi Alberto Fernandez mengalahkan Presiden Mauricio Macri dalam jajak pendapat. Ini juga membuat pasar resah di tengah kekhawatiran akan kembalinya kebijakan intervensi.

Dampak itu dapat memicu runtuhnya kepercayaan investor. Saham, obligasi dan mata uang peso jatuh. Bahkan, mata uang peso telah kehilangan hampir seperempat dari nilainya versus dolar sejak pemungutan suara.

Merespon kondisi yang semakin sulit, Presiden Macri, mengumumkan perubahan pada jadwal pembayaran obligasi Argentina minggu lalu. Pada hari Minggu ia juga memberikan otorisasi kontrol mata uang. Namun, kebijakan tersebut malah membuat harga obligasi Argentina jatuh ke rekor terendah pada hari Senin kemarin.

Selain itu, Pemerintah Argentina juga membatasi masyarakatnya agar setiap membeli dollar tidak boleh lebih dari $10.000 perbulan-nya, atau melakukan transfer melebihi jumlah tersebut. Meski, Bank Sentral tidak membatasi masyarakat untuk mengambil uangnya.

"Ketidakstabilan dan kurangnya informasi menimbulkan ketakutan, dan saya pikir banyak dari kita bertindak karena rasa takut tidak tahu apa yang bisa terjadi," kata Pedace.

Di luar bank, masyarakat yang mengantri mengeluh terjadi antrian panjang dan masalah dengan sistem perbankan digital, yang mencegah mereka melakukan beberapa transaksi online pada hari Senin.

“Semua sistem mati. Ada begitu banyak orang yang bahkan tidak bisa Anda lewati,” kata Pablo Ferro, seorang pengacara berusia 41 tahun.

Menurut data bank sentral, aliran simpanan dimulai bahkan sebelum pemerintah mengumumkan kontrol mata uang baru. Deposito bank dalam dolar turun menjadi $31,55 miliar pada 27 Agustus, dibandingkan $35,24 miliar sebelum pemilihan utama.

“Saya tidak punya uang setoran. Saya memiliki tabungan dalam dolar yang tidak ada di bank, karena dua tahun lalu saya mulai merasakan situasi ini,” kata Liliana Ibarra, 60 tahun, seorang pensiunan.

"Tapi itu membuatku khawatir dan aku menyesal melihat semua orang di luar bank menunggu untuk mengambil uang mereka," tambahnya.

1567

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR